“Apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya lakukan saya paham” (Confusius)

Selasa, 11 Desember 2012

Konsep dalam pembelajaran SAINS





Sebagian besar materi sains merupakan konsep yang abstrak seperti pengukuran, perubahan materi dan fasa zat. Konsep-konsep tersebut cenderung sulit dipelajari oleh siswa yang belum memiliki kemampuan berfikir formal. Kesulitan ini kemungkinan disebabkan kesalahan konsep, yakni pemahaman konsep siswa berbeda dengan kesepakatan yang dimaksud oleh para ahli (komunitas sains). Kesalahan konsep siswa dalam belajar sains dapat bersumber dari siswa sendiri, bahan ajar atau buku teks dan pemahaman guru terhadap materi yang disampaikan kepada siswa. 
“Most of the concepts in science learning such as measurement, material change and phase substance are abstract ones. These concepts tend to be difficult to study by students
who have not developed formal thinking ability. This difficulty may cause misconception, i.e. students’ conceptions which are different from those generally accepted by the scientific community. The sources of students’ misconception in learning science is text book used in the learning process, from students own self, and teachers’ understanding of material presented to students”. 

Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu pengetahuan yang mencakup materi yang amat luas meliputi fakta, konsep, aturan, hukum prinsip, teori dan soal-soal. Dari cakupan materi sains tersebut maka sebagian besar dari konsep-konsepnya bersifat abstrak dan sangat kompleks seperti konsep tentang pengukuran, perubahan materi, fasa zat, energi, maupun gerak. 

Karakteristik dari sains antara lain lain adalah bersifat abstrak, konsep-konsep yang disederhanakan dari yang sebenanya serta konsep-konsep yang saling berkaitan dan berurutan. Konsep-konsep dalam sains yang bersifat abstrak akan cenderung lebih sulit dipelajari oleh siswa yang belum memiliki kemampuan berfikir formal. Akibat dari karakteristik tersebut, maka diperlukan waktu yang lebih lama untuk memahami suatu konsep dengan benar, terutama untuk materi yang lebih rumit atau kompleks yang memerlukan penguasaan konsep yang mendasarinya. Kegagalan siswa dalam memahami materi IPA dapat terjadi jika siswa tidak mampu memahami konsep yang lebih dasar atau konsep yang mendasarinya. 
Pemahaman merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran. Menurut Nakleh (1992:191), kesulitan dalam memahami konsep-konsep dasar dengan tepat akan menghambat siswa dalam mengkaitkan konsep-konsep dasar dengan konsep lain yang lebih tinggi dan berhubungan. Kondisi ini memungkinkan menimbulkan pemahaman yang salah terhadap suatu konsep tertentu. Jika kesalahan ini terjadi secara terus menerus (konsisten) maka dapat dikatakan mengalami kesalahan konsep ataumisconception (Berg 1988:26). Konsistensi kesalahan dapat diidentifikasi dengan mengujikan beberapa soal dengan konseptual yang sama dan atau dengan melihat konsisten jawaban tes tertulis dengan hasil wawancara. 

Kesalahan konsep pada materi sains sering terjadi pada konsep-konsep yang bersifat abstrak, atau pada materi yang mengharuskan siswa menguasai konseptual dan algoritmik sekaligus. Kesalahan konsep yang terjadi pada siswa dapat berasal dari berbagai sumber. Menurut Herron (1996) kesalahan konsep siswa dapat berasal dari dari kesalahan pemahaman pada siswa itu sendiri, kesalahan pemahaman bahan ajar yang disampaikan oleh guru atau kesalahan pemahaman dari guru itu sendiri. Menurut Altun dan Kaya (1996), hubungan antara konsep seorang guru dengan konsep yang diperoleh oleh siswa sangat kuat. Selain itu, kesalahan konsep juga dapat terjadi akibat interaksi antara siswa dengan buku-buku teks (Griffith & Preston 1992:612) (Sanger&Greenbowe 1996). 

Menurut Osborne dan Wittrock (dalam Pikoli, 2003) sebelum siswa mendapatkan materi pelajaran di sekolah, mereka telah memiliki konsepsi atau gagasan-gagasan tentang peristiwa alamiah, tetapi masih bersifat sebagai pengetahuan sehari-hari yang belum menunjukkan pengetahuan ilmiah. Jika terjadi kesalahan dalam interpretasi pada gagasan-gagasan tersebut, dan terjadi secara terus menerus kemungkinan dapat menimbulkan kesalahan konsep. Kesalahan konsep yang cenderung terjadi dalam ilmu kimia dapat menyebabkan siswa kurang berhasil dalam menerapkan konsep tersebut pada situasi baru yang cocok, yang pada akhirnya siswa gagal dalam mempelajari konsep-konsep kimia. Bodner (1992) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, perbaikan kesalahan konsep tidak mudah dilakukan, karena konsep yang salah tersebut sukar untuk ditinggalkan. Pernyataan ini identik dengan pendapat Carey (dalam Suparno, 1997) bahwa usaha untuk mengubah kesalahan pemahaman bukanlah sesuatu yang mudah. Perubahan pemahaman suatu konsep yang salah baru berhasil jika terjadi proses rekonstruksi yang kuat. Salah satu cara perubahan konsep menurut Posner, Strike, Hewson & Gerzog (1982) yaitu dengan menimbulkan suatu peristiwa atau anomali yang bertentangan dengan apa yang dipikirkan siswa, sehingga akan terjadi ketidakpuasan siswa terhadap konsep lama dan pada akhirnya akan mengubah konsep tersebut. Pemberian peristiwa atau anomali yang bertentangan dengan yang dipikirkan siswa tidak harus menggunakan suatu strategi atau metode pembelajaran saja, tetapi dapat juga digunakan suatu materi yang mencakup peristiwa atau anomali tersebut.

Tidak ada komentar: