“Apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya lakukan saya paham” (Confusius)

Rabu, 04 Desember 2013

Apa dan Bagaimana MICROTEACHING

Terminologi pembelajaran mikro (microteaching) pertama kali dicetuskan oleh A.W. Dwight Allen dari Stanford University, pada tahun 1963.[1] Dijelaskan Allen pembelajaran mikro adalah pembelajaran yang sekalanya diperkecil, berkaitan dengan ukuran kelas, waktu pelajaran, dan kompleksitas pembelajaran.[2] Selanjutnya pembelajaran mikro didefinisikan para ahli pendidikan secara beragam, sesuai dengan perspektif masing-masing.

Perspektif Pengertian Pembelajaran Mikro

Setidaknya terdapat tiga  perspektif para ahli mengenai pengertian pembelajaran mikro, yaitu sebagai: teknik pendidikan guru; teknik melatih guru;  prosedur melatih guru. Perspektif pertama, tercermin dari pengertian pembelajaran mikro yang dikemukakan oleh M.B. Buch (1968) dan Bush (1968). Hampir senada mereka  mengemukakan pembelajaran mikro adalah teknik pendidikan guru, yang memungkinkan guru dapat menerapkan keterampilan yang jelas dalam kurun waktu 5 sampai 10 menit pada sekelompok kecil siswa yang sesungguhnya, dan terdapat kesempatan untuk mengamati hasilnya dengan menggunakan rekaman video.[3]
Perspektif kedua, dapat ditemukan pada definisi yang dikemukakan oleh para ahli berikut.  Pass, B.K. (1976) mengemukakan pembelajaran mikro adalah sebuah teknik pelatihan yang membutuhkan murid-guru untuk mengajar sebuah konsep tunggal dengan menggunakan keterampilan mengajar tertentu pada sejumlah kecil siswa dalam durasi waktu yang singkat.[4] Gagasan yang mendasari teknik ini adalah bahwa tindakan pengajaran terdiri dari keahlian yang berbeda. Setiap keterampilan dapat dikembangkan melalui pelatihan secara terpisah. Anggapan dasarnya adalah bahwa, semakin banyak keterampilan dilatihkan kepada seseorang, maka dia akan semakin efisien menjadi seorang guru.[5]
Perspektif ketiga, pengertian pembelajaran mikro dapat ditelusuri dari pendapat-pendapat berikut. Pembelajaran mikro adalah prosedur praktek mengajar dengan pengurangan waktu dan jumlah murid untuk keterampilan mengajar yang spesifik.[6] Situasi pengajaran dibuat sederhana dan dapat dikontrol, jelas Clift (1976).[7] Pengontrolan biasanya menggunakan Closed Circuit Television (CCTV) untuk memberikan umpan balik secara langsung terhadap kinerja guru.[8]
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat dikemukakan pengertian pembelajaran mikro mengandung makna sebagai berikut:
  1. Merupakan teknik melatih guru.
  2. Durasi setiap pembelajaran mikro adalah 5 sampai 10 menit.
  3. Perangkat pelatihan sangat individual.
  4. Hanya satu keahlian yang dilatihkan setiap kali berlatih.
  5. Jumlah siswa sebanyak 5 sampai dengan 10 orang.
  6. Menggunakan rekaman video dan CCTV untuk  melakukan pengamatan secara objektif.
  7. Umpan balik dilakukan langsung setelah praktek selesai.
Prinsip - prinsip
Pelaksanaan microteaching perlu memperhatikan beberapa prinsip. Neeraja, K.P. mengemukakan empat prinsip dari microteaching, yaitu: EnforcementPractice and drillContinuityMroscopic supeicrvision [1]. Berikut ini dijelaskan prinsip-prinsip tersebut.
Enforcement
Umpan balik (feedback), dan re-teaching, akan membuat pembelajaran menjadi sempurna.
Practice and drill
Mengajar adalah keterampilan yang kompleks yang membutuhkan latihan dan praktek yang konsisten.  Latihan dilakukan terhadap setiap tugas atau keterampilan kecil. Dengan latihan yang konsisten  akan memperoleh penguasaan keterampilan mengajar yang utuh.
Continuity
Microteachig merupakan proses yang berkesinambungan: teaching-feedback-re-teaching-feedback sampai kesempurnaan tercapai.
Mroscopic supeicrvision
Supervisor memiliki jadwal observasi untuk membimbing dan membuat penilaian pada skala penilaian tertentu. Supervisor mengamati semua poin penting, memberikan perhatian penuh pada satu titik pada suatu waktu.

Prinsip-prinsip Pembelajaran Mikro: Sharma, R.M,  Chandra, S.S

Bila Neeraja, K.P. mengemukakan empat prinsip dari micro teaching, Sharma, R.M,  Chandra, S.S. mengemukakan enam prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan micro teaching, yaitu: Principle of practicePrinciple of reinforcementPrinciple of experimentationPrinciple of evaluationPrinciple of precise supervisionPrinciple of continuity. [2] Berikut ini dijelaskan masing-masing perinsip tersebut.
Principle of practice
Pepatah mengungkapkan “Praktek membuat manusia menjadi sempurna”. Jika kegiatan diulang lagi dan lagi, itu adalah belajar efektif. Micro teaching memberikan praktek dalam setiap tugas dan keterampilan kecil kepada guru untuk mendapatkan penguasaan keterampilan.
Principle of reinforcement
Sejak lama nilai penguatan dalam proses pembelajaran telah diakui. Ini melibatkan guru dalam mendorong respon murid, menggunakan pujian lisan, dan tanggapan non-verbal. Dalam pembelajaran micro teaching dorongan penguatan diberikan kepada guru dari waktu ke waktu agar penampilannya lebih baik melalui umpan balik, sehingga ia mencapai kepuasan dan penampilannya meningkat. Penguatan dan umpan balik merangsang guru untuk belajar dan mengajar dengan lebih baik.
Principle of experimentation
Microteaching lahir dalam percobaan. Dilaksanakan melalui pengamatan obyektif dari tindakan yang dilakukan dalam kondisi yang terkendali. Oleh karena itu, kondisi yang terkendali diperlukan dalam mikro-teaching. Guru, murid, dan supervisor melakukan percobaan keterampilan mengajar dalam kondisi yang terkendali. Variabel seperti waktu, materi, siswa dan teknik mengajar dimanipulasi atau dikontrol dengan konsisten.
Principle of evaluation
Evaluasi yang tepat dari aktivitas guru, akan menjadi motivasi yang efektif untuk belajar dan mengajar yang lebih baik. Supervisor mengevaluasi setiap pembelajaran mikro Namun demikian dalam micro teaching, evaluasi diri (self-evaluation) juga diperbolehkan. Dengan bantuan rekaman video guru dapat mengevaluasi kinerja sendiri. Perbaikan dapat dilakukan atas dasar evaluasi diri.
Principle of precise supervision
Pengawasan atas microteaching harus dilakukan secara spesifik dan tepat. Supervisor memberikan perhatian penuh terhadap satu aspek pada suatu waktu. Baik pengawas maupun guru  mempunyai pemahaman yang sama mengenai tujuan pelajaran mikro. Supervisor memiliki sebuah observation schedule yang di isi saat melakukan observasi. Ia melakukan penilaian dengan menggunakan rating scale. Penilaian adalah metode di mana pernyataan atau pendapat mengenai suatu sifat tertentu disistematisasi.
Principle of continuityMicroteaching membutuhkan kontinuitas. Guru belajar dan terus belajar mengenai keterampilan mengajar (teaching skills), melalui tahapan: Discussing-PIanning-Teaching-Feedback-Replanning-Reteaching, sampai penguasaan keterampilan mengajar dicapai.

Komponen

Kinerja dalam microteaching tergantung pada umpan balik yang diterima. Kinerja melalui umpan balik juga dipengaruhi oleh kegiatan dan komponen microteaching. Secara umum, terdapat empat komponen pembelajaran mikro (microteaching), yaitumodellingfeedbacksetting, dan integration. Berikut ini dijelaskan masing-masing komponen tersebut.[1]
Komponen Pembelajaran Mikro 285x300 Komponen Pembelajaran Mikro
Modelling
Pemodelan (modeling) adalah cara penyajian keterampilan. Menurut Allen dan Ryan pemodelan adalah pola yang menunjukkan perilaku individu tertentu, dimana siswa belajar melalui imitasi (tiruan). Pemodelan pada dasarnya disajikan dalam tiga format, yaitu persepsi, simbolik dan audio. Ketika sebuah film atau rekaman atau model hidup dari perilaku yang diinginkan dari keterampilan tertentu ditunjukkan kepada guru dengan tujuan untuk memperoleh keterampilan melalui imitasi, ini dikenal sebagai pemodelan persepsi. Bahan tertulis membentuk dasar untuk pemodelan simbolik sementara pemodelan audio melibatkan kaset audio. Semua format ini dapat digunakan baik secara tunggal atau kombinasi. Komponen-komponen pemodelan merupakan tahap akuisisi pengetahuan, agar guru terbiasa dengan komponen keterampilan mengajar tertentu.
Feedback
Umpan balik (feedback) diberikan atas dasar pengamatan sistematis terhadap pelajaran microteaching. Pengamatan dilakukan melalui dua jenis alat, yaitu Teacher Behaviour Occurrence Schedule (TBOS) dan skala penilaian. Umpan balik diberikan setelah pengamatan melalui berbagai sumber, misalnya CCTV, audio dan video kaset, teman sebaya, dan supervisor.  Umpan balik terdiri atas tiga jenis, yaitu positif, negatif dan campuran, yang dapat diberikan kepada kelompok atau secara individu. Ketika guru diberi informasi mengenai aspek yang baik dari penampilannya, ini merupakan umpan balik positif. Umpan balik semacam ini diberikan untuk memotivasi guru. Tetapi beberapa ahli berkeyakinan bahwa aspek yang masih kurang baik perlu juga disampaikan kepada guru. Ini disebut dengan umpan balik negative. Umpan balik seperti ini perlu diberikan agar guru dapat memperbaiki penampilan mengajarnya.
Setting
Pengaturan (setting), dilakukan terhadap kondisi yang diperlukan untuk melaksanakan micro teaching. Pengaturan meliputi ukuran kelas, durasi waktu, dan supervisor. Biasanya ukuran kelas terdiri atas 5 sampai 6 siswa, sedangkan durasi waktu selama 5 sampai 10 menit.
Integration
Integrasi keterampilan mengajar dimaksudkan untuk kelancaran transfer situasi microteaching ke situasi real teaching. Dengan bantuan integrasi, seorang guru memperoleh kemampuan untuk melihat situasi pengajaran, memilih dan mengatur keterampilan mengajar dan menggunakannya secara efektif. Integrasi keterampilan Mengajar ini antara lain dapat dilakukan dengan melaksanakan pengajaran mini (mini teaching).
Dalam perspektif yang lain, secara khusus microteaching memiliki komponen-komponen penting yang harus ada selama pembelajaran berlangsung, yaitu[2]:
Micro-Teaching Situation.
Situasi microteaching berkaitan dengan ukuran kelas, durasi waktu dan ruang lingkup materi. Ukuran kelas terdiri atas 5 sampai 10 orang siswa. Durasi waktu yang digunakan untuk satu kali  penampilan terentang atara 5 sampai 10 menit.
Teaching Skill
Guru mengikuti program micro teaching untuk mengembangkan keterampilan Mengajar, antara lain keterampilan menjelaskan, keterampilan menggunakan papan tulis, dan keterampilan mengajukan pertanyaan.
Student Teacher
Orang yang akan mempraktekan keterampilan Mengajar disebut student teacher atau pupil teacher.  (dalam bahasa Indonesia dekenal dengan istilah Praktikan). Praktikan akan mengembankan kapasitasnya dalam mempraktekan keterampilan mengajar.
Feedback Devices
Memberikan umpan balik sangat penting bagi perubahan perilaku praktikan dalam menggunakan keterampilan mengajar. Umpan balik ini dapat diberikan melalui rekaman video dan kuesioner umpan balik
Micro Teaching Laboratory
Microteaching sebaiknya dilaksanakan dalam lab khusus. Di lab ini praktikan diamati oleh supervisor dan/atau teman sebaya untuk mengukur kemampuan mengajar dan juga untuk mengetahui umpan balik dari penampilannya.

Langkah Pembelajaran MicroTeaching

Microteaching  merupakan sebuah proses praktek mengajar dengan jumlah murid yang sedikit, durasi waktu yang singkat dan fokus pada keterampilan mengajar yang sempit dan spesifik. Sebagai sebuah proses, pelaksanaan micro teaching dilakukan melalui tujuh tahapan. Tujuh tahapan micro teaching  tersebut merupakan sebuah siklus. Siklus ini dapat diulang sesuai dengan kebutuhan perbaikan. [1] Berikut ini dijelaskan tahapan-tahapan atau langkah-langkah pembelajaran mikro (microteaching).
Langkah langkah Pembelajaran Mikro 300x220 Langkah langkah Pembelajaran Mikro
Tahap 1:     Modeling the Skill
Tahap ini penting untuk mengarahkan peserta pelatihan kepada keterampilan mengajar yang akan dipraktekkan. Tahapan ini disebut Modeling. Terdapat dua jenis modeling, yaitu  Perceptual Model dan Conceptual Model. Model pertama disajikan dengan cara demonstrasi dan secara visual dirasakan oleh peserta pelatihan. Model kedua, disajikan dalam bentuk bahan tertulis dan dikonsep oleh peserta pelatihan.
Tahap 2:     Planning a micro-lesson
Pada tahap ini ditentukan materi pelajaran yang tepat yang dapat memaksimalkan latihan keterampilan mengajar, dalam durasi waktu 5 sampai 7 menit.
Tahap 3:     The teaching session
Rencana pelajaran pada tahap ini dilaksanakan di hadapan supervisor atau teman sebaya. Penampilan guru yang mempraktekkan keterampilan mengajar diamati dan dicatat. Lembar evaluasi, tape recorder, dan/atau video tapes dapat digunakan untuk keperluan tesebut
Tahap 4:     The critique session
Supervisor dan/atau kelompok teman sebaya membahas kinerja guru mikro. Umpan balik dan poin-poin penting disampaikan kepada guru mikro untuk diperbaiki. Alat evaluasi memberikan kesempatan langka kepada guru mikro untuk melihat penampilannya secara objektif.  Guru mikro tidak diberi kesempatan untuk mengajukan pembelaan diri. Ini adalah kekuatan dan kekhasan dari micro teaching.
Tahap 5:     The re-planning session
Guru mikro menyusun rencana pengajaran berdasarkan umpan balik yang ditawarkan dalam critique session. Waktu yang disediakan untuk tahap ini adalah 5 sampai 7 menit.
Tahap 6:     The re-teaching session
Langkah ini memberikan kesempatan kepada guru mikro untuk mengajarkan unit yang sama, dan keterampilan yang sama. Namun tentu saja penampilan guru mikro pada sesi ini harus sudah memperhatikan umpan balik dari supervisor dan/atau teman sebaya. Pada sesi ini, pengawas dan/atau pengamat teman sebaya mengevaluasi kinerja guru mikro menggunakan alat evaluasi.
Tahap 7:     The re-critique session
Prosedur yang sama diadopsi sebagaiman disebutkan dalam critique session (Tahap-4). Guru mikro, kembali mendapat umpan balik dan mengetahui sejauh mana perbaikannya. Langkah ini memiliki potensi memotivasi guru-mikro untuk meningkatkan penampilannya di masa yang akan datang.


Tidak ada komentar: