“Apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya lakukan saya paham” (Confusius)

Senin, 30 September 2013

Kesehatan Reproduksi Manusia

Seiring dengan perkembangan dunia kedokteran, kini telah banyak ditemukan faktor-faktor penyebab gangguan atau kelainan pada organ reproduksi. Para ahli bidang ini pun kini juga tengah mengupayakan menciptakan teknologi reproduksi guna mengatasi gangguan dan kelainan pada organ reproduksi tersebut. Simak uraian berikut untuk mengetahui lebih jelas.

1. Gangguan dan Kelainan Organ Reproduksi

Seperti halnya organ lain, organ reproduksi manusia juga dapat mengalami gangguan atau kelainan. Gangguan atau kelainan pada organ reproduksi dapat mempengaruhi kesuburan (fertilitas) seseorang. Apabila gangguan kesuburan seseorang menyebabkan terjadinya ketidakhamilan walau tanpa alat kontrasepsi selama satu tahun, maka kondisi ini dapat disebut sebagai kemandulan (sterilitas).

Sterilitas pada seorang pria dapat disebabkan oleh terjadinya kelainan struktur dan fungsi organ reproduksi, kelainan sistem hormonal, gangguan peredaran darah pada alat reproduksi, infeksi pada saluran reproduksi serta faktor imunologi. Sementara itu, sterilitas pada seorang wanita dapat disebabkan oleh kegagalan pelepasan sel telur, infeksi, atau kelainan pada saluran telur, serta faktor-faktor lain.

Selain sterilitas, gangguan maupun kelainan organ reproduksi dapat juga ditunjukkan dengan terjadinya keguguran yang berulang kali. Apabila kedua hal tersebut terjadi, maka seorang pria dan wanita perlu melakukan pemeriksaan ACAdan infeksi TORCH. Pemeriksaan ACA yaitu pemeriksaan kadar antikardiolipin antibodi dalam darah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kadar ACA, karena kadar ACA yang tinggi dapat menyulitkan perlekatan hasil pembuahan sel telur di dinding rahim serta mengganggu perkembangan janin sehingga sering terjadi keguguran.

Sementara itu, infeksi TORCH merupakan infeksi multiorganisme parasit Toxoplasma gondii, virus Rubella, Sitomegalo, Herpes simplex, dan bakteri Clamidia. Infeksi ini bisa menyebabkan kematian janin maupun cacat bawaan pada bayi.

Melihat berbagai gangguan dan kelainan yang sering terjadi pada sistem reproduksi, maka para ahli bidang biologi dan kedokteran mencetuskan suatu teknologi dalam sistem reproduksi.

2. Teknologi Reproduksi pada Manusia

Kemandulan dapat disebabkan oleh tersumbatnya saluran fallopii oleh suatu penyakit atau hal lain sehingga menghambat proses pembuahan. Melihat kondisi ini, muncullah teknik operasi atau pembedahan saluran fallopii (tubalplastic surgery). Namun, persentase keberhasilan teknik ini sangat kecil. Kemudian muncullah teknik bayi tabung yang lebih dikenal dengan "in vitro fertilization".

Teknik ini memerlukan 3 tahap yaitu sebagai berikut. Pengambilan ovum yang sudah matang dari seorang wanita. Menyediakan media kultur sebagai tempat pembuahan in vitro. Media ini harus mempunyai kandungan kimia sesuai dengan cairan yang ada di saluran fallopii. Pengambilan sperma dari seorang pria. Setelah itu, sperma diinjeksikan ke dalam ovum dengan harapan akan terjadi pembuahan dan pembentukan embrio. Calon bayi inilah yang akan ditransfer ke dalam rahim si calon ibu. Akan tetapi, kalau memungkinkan, embrio akan terus dikembangkan di media kultur hingga hari ke enam dan berkembang menjadi blastosis. Setelah itu, baru diimplantasikan ke rahim ibu.

Selain untuk mengatasi sterilitas, ahli kedokteran juga mengembangkan teknik reproduksi yang berperan menghambat terjadinya proses pembuahan (fertilisasi) sehingga tidak terjadi kehamilan. Teknik ini biasa dikenal dengan istilah kontrasepsi.

Secara umum berdasarkan sifat kerjanya kontrasepsi dibedakan menjadi dua macam, yaitu kontrasepsi permanen dan kontrasepsi temporer.

Kontrasepsi permanen disebut juga kontrasepsi mantap. Kontrasepsi dengan cara ini bertujuan menghilangkan kemampuan untuk dapat hamil. Kontrasepsi jenis ini dilakukan dengan cara operasi, baik pada wanita (tubektomi) maupun pria (vasektomi).

Vasektomi dilakukan dengan mengikat dan memotong saluran vas deferens. Vasektomi menyebabkan sperma tidak sampai ke uretra sehingga sperma tidak dapat dikeluarkan. Namun, seorang pria yang melakukan vasektomi masih mampu mengeluarkan air mani saat ejakulasi walaupun mani tidak mengandung sperma. Hal ini karena cairan mani berasal dari glandula prostat.

Tubektomi dilakukan dengan cara mengikat dan memotong oviduk. Cara ini membuat ovum yang sudah diovulasikan tidak dapat melewati saluran oviduk sehingga ovum tidak dapat bertemu dengan sperma. Perhatikan Gambar 10.15.

Sterilisasi pada pria dan wanita


Kontrasepsi temporer dikenal juga sebagai kontrasepsi tidak tetap karena kemampuan hamil dapat dikembalikan. Kontrasepsi jenis ini dapat dilakukan dengan tanpa alat bantu dan dengan alat bantu.

Kontrasepsi tanpa alat bantu dilakukan dengan menghindari hubungan seksual pada saat wanita mengalami masa subur. Masa subur terjadi pada saat wanita mengalami ovulasi. Masa subur ini dapat diperkirakan dengan menghitung siklus menstruasi pada setiap bulannya, yaitu 11-18 hari sejak hari pertama menstruasi. Cara seperti ini dikenal dengan metode kalender. Perhatikan Gambar 10.16.


Metode kalender

Selain metode kalender, kontrasepsi tanpa alat bantu juga dapat berdasarkan suhu tubuh. Suhu tubuh ini dapat diukur dengan termometer. Perhatikan Gambar 10.17. Suhu tubuh wanita setelah masa ovulasi meningkat 0,2-0,4°C. Jadi, untuk menghindari terjadinya kehamilan, hubungan seksual dapat dilakukan 4 hari setelah terjadi peningkatan suhu tubuh.


Termometer ovulasi


Kontrasepsi tanpa alat bantu juga dapat berdasarkan jumlah lendir pada rahim. Apabila seorang wanita sedang mengalami masa ovulasi, maka rahim akan menghasilkan banyak lendir. Untuk menghindari terjadinya kehamilan, maka hubungan seksual dilakukan 4 hari setelah keadaan ini.

Kontrasepsi menggunakan alat bantu banyak ragamnya. Alat bantu tersebut dapat bersifat mekanik, kimia, dan hormonal. Alat bantu kontrasepsi secara mekanik dapat menggunakan kondom, diafragma, dan Infra Uterine Device (IUD).


kondom dan diafragma


Kondom terbuat dari karet yang sangat tipis tetapi sangat kuat. Perhatikan Gambar 10.18. Kondom ini dikenakan oleh pria saat akan berhubungan seksual dan mencegah bertemunya sperma dengan ovum. Kondom mempunyai daya efektivitas sekitar 90% untuk menghindari terjadinya pembuahan.

Diafragma terbuat dari karet yang sangat tipis. Perhatikan Gambar 10.19. Diafragma ini menutup uterus dan tuba fallopii untuk mencegah agar sperma tidak memasuki uterus. Diafragma mempunyai efektivitas sekitar 90% untuk mencegah terjadinya pembuahan.


IUD dapat mencegah terjadinya pembuahan


Selain kondom dan diafragma, alat kontrasepsi yang bersifat mekanik lainnya adalah IUD yang dipasang di uterus untuk mencegah implantasi zigot dan mencegah terjadinya pembuahan. Perhatikan Gambar 10.20. Tidak seperti kondom dan diafragma, alat ini mempunyai efektivitas sekitar 98% untuk mencegah terjadinya pembuahan.

Spermisid merupakan alat kontrasepsi yang bersifat kimia. Spermisid ini ada yang berbentuk jeli, busa, atau tissue. Perhatikan Gambar 10.21. Spermisid dikenakan pada vagina sebelum melakukan hubungan seksual. Spermisid mampu mematikan sperma dalam jumlah banyak. Cara ini mempunyai efektivitas 70% untuk mencegah terjadinya pembuahan.


Berbagai alat kontrasepsi


Alat kontrasepsi yang bersifat hormonal di antaranya menggunakan pil dan suntikan. Perhatikan Gambar 10.21. Pil dan suntikan dapat mencegah terjadinya ovulasi. Pil ini dikonsumsi secara oral setiap hari selama 21 hari di antara masa menstruasi, sedangkan suntikan dilakukan setiap 3 bulan sekali, kontrasepsi cara ini mempunyai efektivitas sebesar 99%.

3. Kesehatan Reproduksi

Berdasarkan hasil konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (1994), kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai suatu kondisi sehat secara fisik, mental, dan sosial dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi dan proses reproduksi.

Masyarakat, khususnya remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai pergaulan di kehidupan bersosial dan bermasyarakat.

Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mempunyai kesehatan reproduksi yang sehat di antaranya sebagai berikut.

a. Pengenalan mengenai sistem, proses, dan fungsi alat reproduksi.
b. Perlunya mendewasakan usia perkawinan serta mengadakan perencanaan dan pengaturan kehamilan.
c. Pengenalan bahaya narkoba dan minuman keras pada organ reproduksi.
d. Pengenalan pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual dan kekerasan seksual serta cara menghindarinya.
e. Meningkatkan pemahaman agama serta terbuka dalam berkomunikasi mengenai masalah kesehatan reproduksi.
f. Pengenalan berbagai macam penyakit menular seksual (PMS) dan HIV-AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi.

Memberikan pemahaman dan pengetahun dasar mengenai kesehatan reproduksi selain bertujuan agar remaja memiliki sikap dan perilaku yang bertanggung jawab di masyarakat juga berguna agar terhindar dari penyakit menular seksual (PMS). Apakah PMS itu? Berikut akan diuraikan mengenai penyakit menular seksual (PMS).

PMS merupakan suatu infeksi atau penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS juga diartikan sebagai panyakit kelamin, atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS menyerang sekitar alat kelamin tetapi gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya.

Kebanyakan PMS dapat membahayakan organ-organ reproduksi. Pada wanita, PMS menghancurkan dinding vagina atau leher rahim, biasanya tanpa tanda-tanda infeksi. Pada pria, yang lebih dulu terinfeksi adalah saluran air kencingnya. Jika PMS tidak diobati dapat menyebabkan keluarnya cairan yang tidak normal dari penis dan berakibat sakit pada waktu buang air kecil. PMS yang tidak diobati dapat mempengaruhi organ-organ reproduksi bagian dalam dan menyebabkan kemandulan baik pada pria atau wanita.

Berikut akan dibahas satu persatu jenis-jenis PMS.

a. Gonorhoe (Kencing Nanah)

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoea. Bakteri tersebut dapat menyerang pria maupun wanita.

Gejala seseorang yang terkena penyakit ini di antaranya akan terasa sakit sewaktu kencing karena dari saluran kencing keluar cairan kental berupa nanah. Infeksi kronis penyakit ini dapat menyebabkan kemandulan baik pada pria maupun wanita. Penyakit ini dapat diturunkan kepada bayi yang dilahirkan dari orang tua yang mengidap gonorhoe. Bayi yang terinfeksi gonorhoe matanya tampak merah dan bengkak. Dalam waktu 1-5 hari setelah kelahiran, mata tersebut dapat mengeluarkan cairan yang kental sehingga bisa menyebabkan kebutaan apabila tidak segera diobati.

b. Klamidia

Penyakit ini disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan dapat menjangkiti pria maupun wanita. Gejala yang ditimbulkan hampir sama dengan gonorhoe ditambah dengan terjadinya radang leher rahim pada wanita.

c. Infeksi Trikomonas

Sebuah infeksi umum yang terjadi terus-menerus di saluran kencing perempuan. Infeksi ini disebabkan oleh Protozoa Trichomonas vaginalis. Banyak terjadi di seluruh dunia dan terutama didiagnosis pada wanita berusia 16-35 tahun.

Pada wanita, infeksi ini menyebabkan peradangan di vagina sehingga banyak mengeluarkan cairan yang berwarna kuning dan berbau tidak enak. Gejala penyakit ini berupa peradangan saluran kencing. Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik dari cairan serta perlu diadakan identifikasi mengenai ada tidaknya parasit.


Sifilis dapat menyerang susunan saraf pusat


d. Sifilis (Raja Singa)

Penyakit ini disebabkan oleh Treponema pallidium, yaitu sebuah spirochet (bakteri yang berbentuk spiral). Perhatikan Gambar 10.22. Banyak terjadi di seluruh dunia, terutama dapat menyerang manusia usia 20-35 tahun. Lebih lazim terjadi di daerah perkotaan. Diperkirakan terdapat kenaikan jumlah penderita di beberapa negara industri seiring dengan meningkatnya penggunaan narkoba dan pelacuran. Penularan terjadi melalui kontak langsung antara luka (yang bernanah atau yang membengkak) di kulit dengan selaput lendir atau cairan tubuh (air mani, darah, cairan vagina) selama berhubungan seksual. Penularan bisa terjadi melalui transfusi darah bila donor berada dalam tahap awal infeksi tersebut. Infeksi bisa ditularkan dari seorang ibu hamil yang terinfeksi kepada bayi yang dikandungnya.

e. Herpes Genitalis

Penyakit ini disebabkan oleh virus Herpes simplex tipe 2 (HSV-2). Gejala yang paling umum adalah bintil-bintil berisi cairan dan terasa sakit. Bintil-bintil dapat muncul di daerah sekitar alat kelamin atau dubur serta mulut. Bintil-bintil akan timbul selama 1-3 minggu, dan kemudian hilang. Beberapa waktu kemudian bintil-bintil akan muncul dan hilang secara berulang. Sebelum bintil-bintil muncul, alat kelamin terasa gatal atau panas. Setelah itu penderita akan mengalami gejala seperti flu. Walaupun infeksi herpes di kemaluan tidak bisa diobati, perkembangan klinisnya bisa dikurangi dengan pengobatan.

f. Kutil Kelamin

Penyakit ini disebabkan virus Papilloma manusia (HPV: Human Papilloma Virus). Kutil-kutil ini tumbuh di daerah kemaluan, tetapi dapat juga tumbuh di sekitar dubur.

g. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS)

AIDS merupakan sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena menurunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) di dalam tubuh. HIV merupakan suatu virus yang menyerang sel darah putih manusia dan menyebabkan menurunnya kekebalan daya tahan tubuh, sehingga mudah diserang infeksi/penyakit.

Virus HIV ini dapat hidup di dalam 4 cairan tubuh manusia yaitu:

1) cairan darah, 3) cairan vagina,
2) cairan sperma, 4) air susu ibu.

Pelajari skema pada Gambar 10.22 agar Anda mendapat gambaran yang jelas tentang penularan HIV.


Cara penularan HIV


Keberadaan virus HIV membutuhkan waktu yang cukup lama (5 sampai 10 tahun) untuk dapat terdeteksi. Bentuk virus HIV dapat Anda amati pada Gambar 10.23. Keberadaan virus ini dalam darah terjadi tanpa menunjukan gejala penyakit tertentu dan keadaan ini disebut masa HIV positif. Bila seseorang terinfeksi HIV untuk pertama kali dan kemudian memeriksakan diri dengan menjalani tes darah, kemungkinan dalam tes pertama tersebut belum tentu dapat dideteksi adanya virus HIV di dalam darah. Hal ini disebabkan tubuh kita membutuhkan waktu 3-6 bulan untuk membentuk antibodi yang akan dideteksi oleh tes darah tersebut.

Tubuh penderita AIDS


Masa ini disebut windowperiod (periode jendela). Dalam masa ini, bila orang tersebut ternyata sudah mempunyai virus HIV di dalam tubuhnya (walaupun belum bisa dideteksi melalui tes darah), ia sudah bisa menularkan HIV.

Secara umum tanda-tanda utama yang terlihat pada seseorang yang sudah sampai pada tahapan AIDS adalah:

a. berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat,
b. demam tinggi berkepanjangan (lebih dari satu bulan),
c. diare berkepanjangan (lebih dari satu bulan).

Selain itu, terdapat gejala-gejala tambahan berupa:

a. batuk berkepanjangan (lebih dari satu bulan),
b. kelainan kulit dan iritasi (gatal),
c. infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan,
d. pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh, seperti di bawah telinga, leher, ketiak, dan lipatan paha. Perhatikan Gambar 10.24.


HIV


Itulah berbagai penyakit yang dapat ditularkan secara seksual. Demikian berbagai uraian yang berhubungan dengan sistem reproduksi. Sekiranya sudah memahami bab ini, Anda diharapkan mampu menjaga dan berhati-hati dalam bergaul, agar tidak terjebak dalam pergaulan bebas.

Demikian artikel "Kesehatan Reproduksi pada Manusia" ini saya susun, artikel ini saya ambil dari ( BSE ):

Biologi Kelas IX  karangan Purnomo, Sudjino, Trijoko, Suwarni hadisusanto. 
Biologi SMA / MA Kelas IX  karangan Siti Nur Rochmah , Sri Widayati , Meirina Arif. 
Biologi untuk SMA / MA Kelas IX Program IPA karangan Faidah Rachmawati , Nurul Urifah ,Ari Wijayati. 
Praktis Belajar Biologi 2 Karangan Fictor F , Moekti A. 
Sumber : http://www.sentra-edukasi.com

Tidak ada komentar: