Seperti halnya batik kalau dijawa, banjar pun memiliki kain khas yang dikenal dengan nama Sasirangan. Sasirangan berasal dari kata Sirang. Kata sirang diambil dari bahasa Banjar yang artinya rajut atau dirajut. Untuk lebih memudahkan dalam pengucapan atau mengingatnya maka kata sirang itu ditambah awalan dan akhiran, menjadi sasirangan.
Bagi masyarakat Banjar, Sasirangan bukan hanya kain sebagai penutup dan penghias tubuh, melainkan dapat dijadikan sebagai obat. Mulanya Sasirangan bernama Langundi yang berarti kain tenun berwarna kuning. Langundi hanya digunakan oleh kerabat kerajaan Dipa yang berjaya pada tahun 1355-1362. Langundi berubah nama menjadi Sasirangan setelah menjadi media obat pingitan (penyakit yang disebabkan oleh roh halus). Secara etimologis, nama Sasirangan diambil dari kata Sirang yang disesuaikan dengan proses pembuatannya. (dijahit jelujur kemudian dicelupkan pada pewarna). Pamintan adalah salah satu julukan Sasirangan yang artinya permintaan, ketika seseorang sedang berobat akibat terkena pingitan, maka dia akan meminta seorang pengrajin untuk membuat motif dan warna dari kain putih yang telah disiapkan sebelumnya.
Berikut motif-motif Sasirangan yang biasa diaplikasikan urang Banjar dengan teknik jahit jelujur :
Aplikasi Sasirangan di era modern telah beragam, mulai dari fashion (sepatu, tas, gaun, kaos), elemen interior (wallpaper, bantal, seprai), dan lain-lain. Keunikan dari motif dan teknik celup Sasirangan menjadi daya tarik tersendiri. Di bidang interior, motif sasirangan dapat diaplikasikan mulai dari ethnic- rustic- traditional- contemporer - modern (styles). Daya tarik dari warna dan motif Sasirangan terletak pada keunikan cara pembuatan sasirangan. Teknik lipat, ikat rafia, karet, ikat kelereng, jahit jelujur dan eksperimen lainnya membuat motif Sasirangan sangat beragam.
Sasirangan sangatlah unik, dari pembuatan konsep hingga hasil jadi motifnya tidak bisa diprediksi.
Membuat Sasirangan
Jenis bahan sasirangan sendiri pun bermacam-macam, mulai dari sutra ATBM (alat tenun bukan mesin), sutra serat nenas, sutra grand/super/organdi/chiffon, prima, katun Jepang, satin dan dorbi. Harganya cukup bervariasi tergantung jenis bahan dan motif yang anda pilih. Untuk jenis sutra, semakin sulit pembuatan corak/motif atau yang disebut motif berpola,maka harganya pun semakin mahal.
Kembali ke asal sasirangan, mungkin anda sering mendengar kain jumputan Palembang. Kata jumputan itu pun berasal dari kata jumput yang artinya diikat, kemudian mendapat akhiran maka dikenallah dengan sebutan kainjumputan.
Kalau anda perhatikan antara kain Sasirangan dan kain Jumputan, kelihatan ada sedikit persamaan, dari segi warna maupun motif. Bahan baku kain dan bahan pewarna yang digunakan oleh pengrajin jumputan, sebagian juga ada yang digunakan oleh pengrajin sasirangan. Perbedaannya mungkin terletak pada proses pembuatannya, kalau kain jumputan mereka menggunakan tali rapia yang sudah dikecilkan untuk mengikat motif dan merajut, sedangkan kain sasirangan itu lebih dominan menggunakan benang untuk menyirang atau merajut sehingga ketika proses akhir selesai, benang yang melekat pada kain itulah yang dinamakan sasirangan.
Untuk mendapatkan motif sasirangan yang bagus diperlukan ketelitian pengrajin bagian sirang atau merajut, jika penusukan jarum yang mengikuti pola motif yang ada pada lembaran kain itu jaraknya tidak terlalu jauh dan juga menarik ikatan benangnya pada masing-masing motif itu kuat, istilah bahasa banjarnya pisit maka hasilnya akan jauh lebih baik dan motif sasirangan terlihat jelas.
Proses pembuatan kain sasirangan cukup rumit/unik, dikerjakan melalui tahap-tahapan mulai dari mendesign motif, merajut, mencelup, membuka rajutan, mencuci dan menstrika. Keseluruhan penyelesaiannya dikerjakan oleh masing-masing pengrajin sesuai dengan keahliannya dan tidak menggunakan alat mekanis.
Untuk mendapatkan hasil yang baik diperlukan pemilihan bahan baku dan pewarna yang berkualitas, kalau kita menggunakan bahan warna yang berkualitas maka hasil yang diperoleh pun akan memiliki mutu yang tinggi, hal ini bisa kita lihat dengan kecerahan warna yang lekat pada kain (tidak kelihatan suram), awet dan tahan lama.
Jika para pengrajin menggunakan bahan pewarna yang bagus dan berkualitas maka kesan atau image dari masyarakat yang mengatakan kain sasirangan ituluntur akan hilang dengan sendirinya. Karena itu para pengrajin berusaha menjaga kualitas. Namun perlu diketahui, anda akan menemui perbedaan harga antara masing-masing pengrajin, hal tersebut dipengaruhi oleh jenis bahan pewarna maupun kain yang mereka gunakan.
Alat yang dibutuhkan :
- Gunting
- Pensil
- Benang jeans
- Kelereng
- Rafia
- Karet gelang
- jarum
- etc (manik-manik, biji buah, dll)
- 3 buah ember
- Kaos tangan karet
Bahan yang digunakan :
- Kain primisima
- Pewarna batik/ zat warna Naphtol
Peralatan yang digunakan
Pembuatan Sasirangan Teknik Jahit Jelujur:
- Siapkan alat dan bahan
- Buat sketsa motif yang diinginkan pada kain primisima
- Jahit jelujur pada motif tersebut
- Sisakan benang panjang pada jahitan awal dan akhir
- Ikat erat kedua benang tersebut ketika motif telah selesai dijahit
- Siapkan ember dan pewarna
- Pada ember pertama tuangkan air panas dan campur dengan penguat warna (garam+soda api)
- Pada ember kedua tuangkan air panas dan campur dengan pewarna batik
- Pada ember ketiga tuangkan air untuk membilas kain
- Celupkan kain primisima pada ember pertama (bagian yang tercelup adalah bagian yang ingin diwarna)
- Peras lalu celupkan pada ember pewarna
- Peras, celupkan pada ember ketiga untuk membilas kain
- Angin-anginkan hasil Sasirangan pada tempat yang teduh (tidak boleh terkena cahaya matahari langsung)
Pembuatan dengan Teknik Lain
- siapkan alat dan bahan
- bungkus kelereng/manik-manik/uang logam si dalam kain (tergantung ukuran yang diinginkan)
- ikat dengan karet/rafia
- Siapkan ember dan pewarna
- Pada ember pertama tuangkan air panas dan campur dengan penguat warna (garam+soda api)
- Pada ember kedua tuangkan air panas dan campur dengan pewarna batik
- Pada ember ketiga tuangkan air untuk membilas kain
- Celupkan kain primisima pada ember pertama (bagian yang tercelup adalah bagian yang ingin diwarna)
- Peras lalu celupkan pada ember pewarna
- Peras, celupkan pada ember ketiga untuk membilas kain
- Angin-anginkan hasil Sasirangan pada tempat yang teduh (tidak boleh terkena cahaya matahari langsung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar