Manusia merupakan makhluk Tuhan yang diciptakan dengan kedudukan tertinggi di antara makhluk ciptaan lainnya. Akal dan budi yang dianugerahkan merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Akal budi merupakan daya cipta (akal), rasa (budi) dan karsa (tindakan) yang terdapat dalam diri setiap manusia. Akal budi yang dimiliki manusia harus diasah dan dekembangkan dengan baik agar dapat menjalani proses kehidupan dengan lancar (Al Quran QS. 95: 4). Pengembangan cipta, rasa, dan karsa tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan. Dengan mengenyam pedidikan, manusia memperoleh ilmu pengetahuan untuk mengembangkan potensi diri yang dimiliki, dengan melakukan dan menjalani proses belajar. Dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan kita, untuk mengembangkan potensi diri dan menjalani hidup.
Menurut teori behavioristik, belajar diartikan sebagai perubahan perilaku, khususnya perubahan kapasitas siswa untuk berperilaku (yang baru) sebagai hasil belajar, bukan sebagai hasil proses pematangan atau pendewasaan semata. Perubahan perilaku manusia tersebut dipengaruhi oleh lingkungan, yang merupakan stimulus dan dapat mempengaruhi atau mengubah kapasitas untuk respon (Suwatra: 2007) sementara Wingkel (dalam Sedanayasa: 2009) merumuskan belajar sebagai ‘suatu aktivitas mental/psikis, yang langsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.’ Suryabrata (1987: 247) menyatakan “belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu si belajar menggunakan panca inderanya.” Dari beberapa teori dan pendapat para ahli mengenai belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses dalam kehidupan seseorang yang bertujuan untuk merubah dirinya melalui cara-cara belajar dan salah satunya adalah melalui pengalaman.
Cara belajar seseorang pada dasarnya berbeda-beda. Setiap orang memiliki kecenderungan belajar atau gaya belajar yang berbeda. VAK (Visual, Auditory, Kinestethic) merupakan tiga modalitas yang dimiliki oleh setiap manusia. Ketiga modalitas tersebut kemudian dikenal sebagai gaya belajar. Gaya belajar merupakan kombinasi dari bagaimana seseorang dapat menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi, (DePorter, 1999).
Model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan ketiga modalitas belajar tersebut untuk menjadikan si belajar merasa nyaman. Model pembelajaran VAK ini merupakan anak dari model pembelajaran Quantum yang berprinsip untuk menjadikan situasi belajar menjadi lebih nyaman dan menjanjikan kesuksesan bagi pebelajarnya di masa depan.
Pada pembelajaran VAK, pembelajaran difokuskan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung (direct experience) dan menyenangkan. Pengalaman belajar secara langsung dengan cara belajar dengan mengingat (Visual), belajar dengan mendengar (Auditory), dan belajar dengan gerak dan emosi (Kinestethic) (DePorter dkk. 1999). Dan menurut Herdian, model pembelajaran VAK merupakan suatu model pembelajaran yang menganggap pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut (Visual, Auditory, Kinestethic), dan dapat diartikan bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan memanfaatkan potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih dan mengembangkannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar langsung dengan bebas menggunakan modalitas yang dimilikinya untuk mencapai pemahaman dan pembelajaran yang efektif.
Pemanfaatan dan pengembangan potensi siswa dalam pembelajaran ini harus memperhatikan kebutuhan dan gaya belajar siswa. Bagi siswa visual, akan mudah belajar dengan bantuan media dua dimensi seperti menggunakan grafik, gambar, chart, model, dan semacamnya. Siswa auditory, akan lebih mudah belajar melalui pendengaran atau sesuatu yang diucapkan atau dengan media audio. Sedangkan siswa dengan tipe kinestethic, akan mudah belajar sambil melakukan kegiatan tertentu, misalnya eksperimen, bongkar pasang, membuat model, memanipulasi benda, dan sebagainya yang berhubungan dengan system gerak.
Modalitas visual merupakan gaya belajar bagi siswa yang suka menghafal, gaya belajar auditory merupakan gaya belajar siswa dengan mendengar, sementara gaya belajar kinestethic adalah gaya belajar siswa dengan melakukan sesuatu hal atau praktikkum. DePorter (1999) menyebutkan banyak ciri perilaku lain yang dapat dilihat untuk mengenali modalitas belajar siswa. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.
1) Ciri orang visual, yakni (a) rapi dan teratur, (b) berbicara dengan cepat, (c) perencana dan mengatur jangka panjang yang baik, (d) teliti terhadap detail, (e) mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun prestasi, (f) pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka, (g) mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar, (h) mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar, (i) mengingat dengan asosiasi visual, (j) biasanya tidak terganggu oleh keributan, (j) mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering meminta bantuan orang untuk mengulangnya, (k) pembaca cepat dan tekun, dan (l) lebih suka membaca daripada dibacakan.
2) Ciri orang auditory, yaitu (a) berbicara kepada diri sendiri, (b) mudah terganggu oleh keributan, (c) menggerakkan bibir/bersuara saat membaca, (d) dapat mengulang dan menirukan kembali nada-nada, birama, dan warna suara, (e) merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita, (f) berbicara dalam irama yang terpola, (g) biasanya pembicara yang fasih, (h) lebih suka musik daripada seni, (i) belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat, (j) suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar, (k) bermasalah dengan hal-hal yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain, (l) lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya, dan (m) lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.
3) Ciri orang kinestethic, yaitu (a) berbicara dengan perlahan, (b) menanggapi perhatian fisik, (c) menyentuh orang utnuk mendapatkan perhatian mereka, (d) berdiri dekat ketika berbicara dengan orang, (e) selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, (f) mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar, (g) belajar melalui memanipulasi dan praktik, (h) menggunakan jari isyarat tubuh, (i) tidak dapat duduk diam dalam waktu yang lama, (j) tidak mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah berada ditempat itu, (k) menggunakan kata-kata yang mengandung aksi, (l) menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot-mereka mencerminkan aksi dengan gerak tubuh saat membaca, (m) kemungkinan tulisannya jelek, (n) ingin melakukan segala sesuatu,dan yang terakhir adalah (o) menyukai permainan yang menyibukkan.
Dengan mengenali ciri-ciri ketiga modalitas di atas maka guru akan dapat memperhatikan situasi belajar yang perlu diciptakan untuk menjadikan siswa dengan modalitas yang berbeda merasa nyaman. Setelah kenyamanan terwujud akan dapat menjadikan siswa mudah dalam menerima materi pelajaran dan pembelajaran yang efektif akan dapat tercapai. Ketiga modalitas tersebut pasti dimiliki oleh setiap manusia, hanya saja ada yang berkembang dengan satu modalitas dan ada pula yang berkembang dengan ketiganya dalam porsi yang hampir sama. Pembelajaran dengan model VAK ini membantu para guru untuk memudahkan dalam penyampaian materi dan memberikan kenyamanan bagi siswa dalam belajar di kelas. Media-media yang dapat digunakan adalah media audio visual yang kemudian dapat diaplikasikan dalam pembelajaran sebagai bentuk pengembangan modalitas kinestetik.
Sintaks atau langkah-langkah dalam pembelajaran VAK hampir sama dengan sintaks pada model pembelajaran SAVI (Somatik, Auditorial, Visual, dan Intelektual). Berikut disajikan sintaks pembelajaran VAK sebagai berikut.
1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)
Pada kegiatan pendahuluan guru memberikan motivasi untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang kepada siswa, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk menjadikan siswa lebih siap dalam menerima pelajaran.
2) Tahap Penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi)
Pada kegiatan inti guru mengarahkan siswa untuk menemukan materi pelajaran yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, yang sesuai dengan gaya belajar VAK. Tahap ini biasa disebut eksplorasi.
3) Tahap Pelatihan (kegiatan inti pada elaborasi)
Pada tahap pelatihan guru membantu siswa untuk mengintegrasi dan menyerap pengetahuan serta keterampilan baru dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan gaya belajar VAK.
4) Tahap penampilan hasil (kegiatan inti pada konfirmasi)
Tahap penampilan hasil merupakan tahap seorang guru membantu siswa dalam menerapkan dan memperluas pengetahuan maupun keterampilan baru yang mereka dapatkan, pada kegiatan belajar sehingga hasil belajar mengalami peningkatan.
Dalam penelitian yang akan dilakukan ini, pembelajaran dengan model pembelajaran VAK akan dibentuk kelompok-kelompok belajar secara heterogen dari ketiga modalitas belajar tersebut. Berdasarkan sintaks di atas, berikut adalah skenario pembelajaran dengan model pembelajaran VAK pada mata pelajaran IPS.
1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan) Pertama guru membuka pelajaran dengan salam kemudian menampilkan video yang berisi gambar-gambar panorama alam Indonesia yang dilatari dengan musik. Mengajak siswa untuk menghayati keindahan alam yang dimiliki Negara tercinta, memotivasi siswa untuk cinta Indonesia.
2) Tahap Penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi dan elaborasi) Pada tahap ini siswa diminta untuk menyimak video animasi dan selanjutnya mengerjakan LKS yang dapat mengoptimalkan dan mengorganisasikan kinerja ketiga modalitas belajar. Bentuk LKS yang akan digunakan adalah:
a. mengamati gambar dan memberi argument tentang gambar tersebut
b. menjawab soal analisis pengetahuan awal dan mengacu pada tampilan video animasi yang disajikan.
3) Tahap Pelatihan (kegiatan inti pada elaborasi) Guru melatih siswa dalam mengintegrasi materi melalui video animasi sebagai media untuk ketiga modalitas belajar (Visual, Auditory, Kinestethic) dan LKS. Pengerjaan LKS dan diskusi kelompok merupakan kegiatan dalam tahap ini.
4) Tahap penampilan hasil (kegiatan inti pada konfirmasi) Setelah siswa menyimak dan mengerjakan LKS secara berkelompok, selanjutnya siswa diajak untuk menyampaikan hasil kerja kelompok. Melakukan kegiatan diskusi kelas untuk menanggapi hasil-hasil kerja kelompok dan memberikan game susun gambar atau kuis cerdas tangkas.
Dengan memperhatikan kecenderungan belajar setiap anak, diharapkan guru dan orang tua dapat membantu dan mengarahkan anak-anaknya dalam belajar sesuai dengan ciri-ciri kecenderungan belajar. Sehingga dapat membantu anak agar mudah belajar.
Menurut teori behavioristik, belajar diartikan sebagai perubahan perilaku, khususnya perubahan kapasitas siswa untuk berperilaku (yang baru) sebagai hasil belajar, bukan sebagai hasil proses pematangan atau pendewasaan semata. Perubahan perilaku manusia tersebut dipengaruhi oleh lingkungan, yang merupakan stimulus dan dapat mempengaruhi atau mengubah kapasitas untuk respon (Suwatra: 2007) sementara Wingkel (dalam Sedanayasa: 2009) merumuskan belajar sebagai ‘suatu aktivitas mental/psikis, yang langsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.’ Suryabrata (1987: 247) menyatakan “belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu si belajar menggunakan panca inderanya.” Dari beberapa teori dan pendapat para ahli mengenai belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses dalam kehidupan seseorang yang bertujuan untuk merubah dirinya melalui cara-cara belajar dan salah satunya adalah melalui pengalaman.
Cara belajar seseorang pada dasarnya berbeda-beda. Setiap orang memiliki kecenderungan belajar atau gaya belajar yang berbeda. VAK (Visual, Auditory, Kinestethic) merupakan tiga modalitas yang dimiliki oleh setiap manusia. Ketiga modalitas tersebut kemudian dikenal sebagai gaya belajar. Gaya belajar merupakan kombinasi dari bagaimana seseorang dapat menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi, (DePorter, 1999).
Model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan ketiga modalitas belajar tersebut untuk menjadikan si belajar merasa nyaman. Model pembelajaran VAK ini merupakan anak dari model pembelajaran Quantum yang berprinsip untuk menjadikan situasi belajar menjadi lebih nyaman dan menjanjikan kesuksesan bagi pebelajarnya di masa depan.
Pada pembelajaran VAK, pembelajaran difokuskan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung (direct experience) dan menyenangkan. Pengalaman belajar secara langsung dengan cara belajar dengan mengingat (Visual), belajar dengan mendengar (Auditory), dan belajar dengan gerak dan emosi (Kinestethic) (DePorter dkk. 1999). Dan menurut Herdian, model pembelajaran VAK merupakan suatu model pembelajaran yang menganggap pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut (Visual, Auditory, Kinestethic), dan dapat diartikan bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan memanfaatkan potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih dan mengembangkannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar langsung dengan bebas menggunakan modalitas yang dimilikinya untuk mencapai pemahaman dan pembelajaran yang efektif.
Pemanfaatan dan pengembangan potensi siswa dalam pembelajaran ini harus memperhatikan kebutuhan dan gaya belajar siswa. Bagi siswa visual, akan mudah belajar dengan bantuan media dua dimensi seperti menggunakan grafik, gambar, chart, model, dan semacamnya. Siswa auditory, akan lebih mudah belajar melalui pendengaran atau sesuatu yang diucapkan atau dengan media audio. Sedangkan siswa dengan tipe kinestethic, akan mudah belajar sambil melakukan kegiatan tertentu, misalnya eksperimen, bongkar pasang, membuat model, memanipulasi benda, dan sebagainya yang berhubungan dengan system gerak.
Modalitas visual merupakan gaya belajar bagi siswa yang suka menghafal, gaya belajar auditory merupakan gaya belajar siswa dengan mendengar, sementara gaya belajar kinestethic adalah gaya belajar siswa dengan melakukan sesuatu hal atau praktikkum. DePorter (1999) menyebutkan banyak ciri perilaku lain yang dapat dilihat untuk mengenali modalitas belajar siswa. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.
1) Ciri orang visual, yakni (a) rapi dan teratur, (b) berbicara dengan cepat, (c) perencana dan mengatur jangka panjang yang baik, (d) teliti terhadap detail, (e) mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun prestasi, (f) pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka, (g) mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar, (h) mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar, (i) mengingat dengan asosiasi visual, (j) biasanya tidak terganggu oleh keributan, (j) mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering meminta bantuan orang untuk mengulangnya, (k) pembaca cepat dan tekun, dan (l) lebih suka membaca daripada dibacakan.
2) Ciri orang auditory, yaitu (a) berbicara kepada diri sendiri, (b) mudah terganggu oleh keributan, (c) menggerakkan bibir/bersuara saat membaca, (d) dapat mengulang dan menirukan kembali nada-nada, birama, dan warna suara, (e) merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita, (f) berbicara dalam irama yang terpola, (g) biasanya pembicara yang fasih, (h) lebih suka musik daripada seni, (i) belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat, (j) suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar, (k) bermasalah dengan hal-hal yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain, (l) lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya, dan (m) lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.
3) Ciri orang kinestethic, yaitu (a) berbicara dengan perlahan, (b) menanggapi perhatian fisik, (c) menyentuh orang utnuk mendapatkan perhatian mereka, (d) berdiri dekat ketika berbicara dengan orang, (e) selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, (f) mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar, (g) belajar melalui memanipulasi dan praktik, (h) menggunakan jari isyarat tubuh, (i) tidak dapat duduk diam dalam waktu yang lama, (j) tidak mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah berada ditempat itu, (k) menggunakan kata-kata yang mengandung aksi, (l) menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot-mereka mencerminkan aksi dengan gerak tubuh saat membaca, (m) kemungkinan tulisannya jelek, (n) ingin melakukan segala sesuatu,dan yang terakhir adalah (o) menyukai permainan yang menyibukkan.
Dengan mengenali ciri-ciri ketiga modalitas di atas maka guru akan dapat memperhatikan situasi belajar yang perlu diciptakan untuk menjadikan siswa dengan modalitas yang berbeda merasa nyaman. Setelah kenyamanan terwujud akan dapat menjadikan siswa mudah dalam menerima materi pelajaran dan pembelajaran yang efektif akan dapat tercapai. Ketiga modalitas tersebut pasti dimiliki oleh setiap manusia, hanya saja ada yang berkembang dengan satu modalitas dan ada pula yang berkembang dengan ketiganya dalam porsi yang hampir sama. Pembelajaran dengan model VAK ini membantu para guru untuk memudahkan dalam penyampaian materi dan memberikan kenyamanan bagi siswa dalam belajar di kelas. Media-media yang dapat digunakan adalah media audio visual yang kemudian dapat diaplikasikan dalam pembelajaran sebagai bentuk pengembangan modalitas kinestetik.
Sintaks atau langkah-langkah dalam pembelajaran VAK hampir sama dengan sintaks pada model pembelajaran SAVI (Somatik, Auditorial, Visual, dan Intelektual). Berikut disajikan sintaks pembelajaran VAK sebagai berikut.
1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)
Pada kegiatan pendahuluan guru memberikan motivasi untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang kepada siswa, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk menjadikan siswa lebih siap dalam menerima pelajaran.
2) Tahap Penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi)
Pada kegiatan inti guru mengarahkan siswa untuk menemukan materi pelajaran yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, yang sesuai dengan gaya belajar VAK. Tahap ini biasa disebut eksplorasi.
3) Tahap Pelatihan (kegiatan inti pada elaborasi)
Pada tahap pelatihan guru membantu siswa untuk mengintegrasi dan menyerap pengetahuan serta keterampilan baru dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan gaya belajar VAK.
4) Tahap penampilan hasil (kegiatan inti pada konfirmasi)
Tahap penampilan hasil merupakan tahap seorang guru membantu siswa dalam menerapkan dan memperluas pengetahuan maupun keterampilan baru yang mereka dapatkan, pada kegiatan belajar sehingga hasil belajar mengalami peningkatan.
Dalam penelitian yang akan dilakukan ini, pembelajaran dengan model pembelajaran VAK akan dibentuk kelompok-kelompok belajar secara heterogen dari ketiga modalitas belajar tersebut. Berdasarkan sintaks di atas, berikut adalah skenario pembelajaran dengan model pembelajaran VAK pada mata pelajaran IPS.
1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan) Pertama guru membuka pelajaran dengan salam kemudian menampilkan video yang berisi gambar-gambar panorama alam Indonesia yang dilatari dengan musik. Mengajak siswa untuk menghayati keindahan alam yang dimiliki Negara tercinta, memotivasi siswa untuk cinta Indonesia.
2) Tahap Penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi dan elaborasi) Pada tahap ini siswa diminta untuk menyimak video animasi dan selanjutnya mengerjakan LKS yang dapat mengoptimalkan dan mengorganisasikan kinerja ketiga modalitas belajar. Bentuk LKS yang akan digunakan adalah:
a. mengamati gambar dan memberi argument tentang gambar tersebut
b. menjawab soal analisis pengetahuan awal dan mengacu pada tampilan video animasi yang disajikan.
3) Tahap Pelatihan (kegiatan inti pada elaborasi) Guru melatih siswa dalam mengintegrasi materi melalui video animasi sebagai media untuk ketiga modalitas belajar (Visual, Auditory, Kinestethic) dan LKS. Pengerjaan LKS dan diskusi kelompok merupakan kegiatan dalam tahap ini.
4) Tahap penampilan hasil (kegiatan inti pada konfirmasi) Setelah siswa menyimak dan mengerjakan LKS secara berkelompok, selanjutnya siswa diajak untuk menyampaikan hasil kerja kelompok. Melakukan kegiatan diskusi kelas untuk menanggapi hasil-hasil kerja kelompok dan memberikan game susun gambar atau kuis cerdas tangkas.
Dengan memperhatikan kecenderungan belajar setiap anak, diharapkan guru dan orang tua dapat membantu dan mengarahkan anak-anaknya dalam belajar sesuai dengan ciri-ciri kecenderungan belajar. Sehingga dapat membantu anak agar mudah belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar