“Apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya lakukan saya paham” (Confusius)

Rabu, 20 Maret 2013

Creative Problem Solving (CPS)

Pengertian 

Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir tinggi (Wiederhold dalam Suyitno, 2004:37; dalam http://leeva-news.com/260/model-pembelajaran-creative-problem-solving-cps). Hal tersebut terjadi karena model pembelajaran problem solving memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk memecahkan masalah matematika dengan strateginya sendiri. Salah satu pengembangan dari model pembelajaran ini adalah metode pembelajaran CPS.
Pembelajaran CPS merupakan suatu kegiatan yang didesain guru dalam rangka memberi tantangan kepada siswa melalui penugasan. Fungsi guru adalah memotivasi siswa agar mau menerima tantangan dan membimbing siswa dalam proses pemecahan masalah. Masalah yang diberikan kepada siswa harus masalah yang pemecahannya terjangkau oleh kemampuan siswa. Masalah di luar jangkauan kemampuan siswa dapat menurunkan motivasi siswa.

Metode pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu metode pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan ketrampilan memecahkan masalah, yang diikuti dengan penguatan ketrampilan (Karen dalam Cahyono, 2009: 3). Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan/permasalahan, siswa dapat melakukan ketrampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, ketrampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir (Pepkin dalam Muslich M, 2007: 221).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaranCreative Problem Solving cocok digunakan dalam peningkatan kemampuan memecahkan masalah karena dalam metode pembelajaran ini pengalaman sebelumnya dalam menyelesaikan suatu masalah merupakan faktor yang penting dalam menyelesaikan masalah baru yang berbeda, disamping faktor minat siswa.

Langkah-langkah Creative Problem Solving
Adapun proses dari metode pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:

Klarifikasi masalah 
Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang masalah yang diajukan, agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan.
Brainstorming/ Pengungkapan pendapat
Pada tahap ini siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah.
Evaluasi dan pemilihan
Pada tahap evaluasi dan pemilihan, setiap kelompok mendiskusikan pendapat atau strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah.
Implementasi
Pada tahap ini siswa menentukaan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan maslah, kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesian dari masalah tersebut (Pepkin dalam Muslich M, 2007: 221)

Tahapan-tahapan CPS yang dikemukakan di atas dapat melatih siswa untuk mengkomunikasikan ide matematisnya, berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, berpikir sistematis dan logis sesuai data/fakta yang tersedia serta dapat melatih siswa untuk saling berinteraksi satu sama lain.
Langkah-langkah pemecahan masalah menurut Solso dalam Made Wena (2008: 56) yakni: 
(1) identifikasi permasalahan, 
(2) representasi permasalahan, 
(3) perencanaan pemecahan, 
(4) menerapkan/ mengimplementasikan perencanaan, 
(5) menilai perencanaan, dan 
(6) menilai hasil pemecahan. 
Jika kedua pendapat tersebut dibandingkan, maka tidak ada perbedaan yang cukup signifikan.

Berdasarkan beberapa langkah di atas, maka implementasi Creative Problem Solving (CPS) dalam pembelajaran matematika terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:

Kegiatan Awal
Guru menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran, guru mengulas kembali materi sebelumnya sebagai prasyarat pada materi saat ini kemudian guru menjelaskan aturan main dalam pelaksanaan metode pembelajaran CPS serta memberi motivasi kepada siswa akan pentingnya pembahasan materi melalui pembelajaran CPS.

Kegiatan Inti
Siswa membentuk kelompok kecil untuk melakukan small discussion. Tiap kelompok terdiri atas 4-5 orang. Secara berkelompok, siswa memecahkan permasalahan yang disajikan sesuai dengan petunjuk yang tersedia. Siswa mendapat bimbingan dan arahan dari guru dalam memecahkan permasalahan (peranan guru dalam hal ini menciptakan situasi yang dapat memudahkan munculnya pertanyaan dan mengarahkan kegiatan brainstorming serta menumbuhkan situasi dan kondisi lingkungan yang dihasilkan atas dasar interest siswa). Adapun penekanan dalam pendampingan siswa dalam menyelesaikan permasalahan sebagai berikut:

Klarifikasi Masalah 
Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang masalah yang diajukan agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan. 

Brainstorming/ Pengungkapan pendapat 
Pada tahap ini siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah, tidak ada sanggahan dalam mengungkapan ide gagasan satu sama lain. 

Evaluasi dan Seleksi 
Pada tahap ini, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah. 
Implementasi 
Pada tahap ini, siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut.

Kegiatan Akhir
Lebih lanjut, perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil yang telah didiskusikan ke depan kelas dan peserta lain menanggapinya. Kemudian guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi.

Kelebihan dan Kekurangan
Setiap model maupun metode pembelajaran tetap mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Begitu juga dengan model Problem Solving. Dalam (http://wijayalabs.wordpress.com/2008/04/22/model-model-pembelajaran/) dikemukakan kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran Problem Solving.
Adapun kelebihan Problem Solving yaitu:
  • Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
  • Berpikir dan bertindak kreatif.
  • Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
  • Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
  • Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
  • Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
  • Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Sedangkan kekurangan Problem Solving sebagai berikut:
  • Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode pembelajaran ini. Misalnya keterbatasan alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
  • Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Problem Solving dapat mendorong siswa untuk berpikir secara ilmiah, praktis, intuitif dan bekerja atas dasar inisiatif sendiri, menumbuhkan sikap objektif, jujur dan terbuka. Sedangkan kekurangannya memerlukan waktu yang cukup lama, tidak semua materi pelajaran mengandung masalah memerlukan perencanaan yang teratur dan matang, dan tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif.

Banyak bukan manfaat metode Creative Problem Solving tersebut bagi siswa. Dengan mengetahui hal tersebut diatas, semoga kita tergerak untuk selalu memberikan yang terbaik bagi siswa dengan ikhlas tentunya. 

Daftar Pustaka :
  • Kesumah, W. 2011. Model-Model Pembelajaran. http://wijayalabs.wordpress. com/2008/04/22/model-model-pembelajaran/. 
  • Leeva. 2011. Creative Problem Solving. http://leevanews.com/260/model-pembelajaran-creative-problem-solving-cps. 
  • Muslich, M. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Wena, M. 2008. Strategi pembelajaran Inovatif kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Mean Ends Analisys (MEA)

Pengertian Means-Ends Analysis
Means-Ends Analysis terdiri dari tiga unsur kata yakni; Mean, End dan Analysis. Mean menurut bahasa yakni berarti, banyaknya cara. Sedangkan End adalah akhir atau tujuan, dan Analysis berarti analisa atau penyelidikan secara sistematis.
Means-Ends Analysis pertama kali diperkenalkan oleh Newell dan Simon (wikipedia, 2007) dalam General Problem Solving (GPS), yang menyatakan bahwa Means-Ends Analysis adalah suatu teknik pemecahan masalah di mana pernyataan sekarang dibandingkan dengan tujuan, dan perbedaan di antaranya dibagi ke dalam sub-subtujuan untuk memperoleh tujuan dengan menggunakan operator yang sesuai.

Beberapa pengertian Means-Ends Analysis menurut para tokoh antara lain:
Yang mengandung pengertian bahwa MEA (Means-Ends Analysis) merupakan metode pemikiran sistem dalam penerapannya merencanakan tujuan keseluruhan, dimana tujuan tersebut dijadikan kedalam beberapa tujuan yang pada akhirnya menjadi beberapa langkah atau tindakan berdasarkan konsep yang berlaku. Dan pada setiap akhir tujuan akan berakhir pada tujuan yang lebih umum. 
  • Kamran Zaheer (2006): “Means-Ends Analysis merupakan salah satu yang penting dalam mencari algoritma matematika dan digunakan pada semua aplikasi yang dibutuhkan seluruh pencarian untuk mendapatkan hasil. Dan MEA juga digunakan untuk keefektifan dalam pencarian distribusi dari sebuah pemikiran. 
  • Eeden (2003) suatu pemecahan masalah mempunyai beberapa situasi dengan menentukan hasil, mengidentifikasi perbedaan diantara masalah tersebut dan menentukan tindakan untuk menemukan kesamaan dari perbedaan tersebut”.
  • Erman Suherman (2007) menyatakan Means-Ends Analysis merupakan model pembelajaran variasi antara metode pemecahan masalah dengan sintaks yang menyajikan materinya pada pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristik, mengelaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, mengidentifikasi perbedaan, menyususun sub-sub masalahnya sehingga terjadi koneksivitas. 
  • Jacob (2005) menyatakan bahwa Means-Ends Analysis merupakan suatu proses untuk memecahkan suatu masalah ke dalam dua atau lebih sub tujuan.
Dari uraian di atas jelas bahwa metode Means-Ends Analysis merupakan suatu model pembelajaran bervariasi antara metode pemecahan masalah dengan sintaks dalam penyajian materinya menggunakan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristik, yaitu memecahkan suatu masalah ke dalam dua atau lebih subtujuan. Di mana MEA mengelaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, mengidentifikasi perbedaan, dan menyusun sub-sub masalahnya sehingga terjadi koneksivitas.
Adapun dalam menerapkan langkah-langkah dalam strategi Means-Ends Analysis Glass & Holyoak (Jacob C, 2005), menyatakan bahwa komponen utama dari Means-Ends Analysis memuat dua langkah yang digunakan berulang-ulang. Yang dalam hal ini mengidentifikasi perbedaan diantara pernyataan sekarang dan tujuan yang ditentukan. Kemudian menggunakan suatu tindakan untuk mengurangi satu dari perbedaan
Kemudian Herbert Simon (Eeden, 2003)9 menyatakan bahwa langkah-langkah yang dimiliki oleh metode Means-Ends Analysis hampir memiliki persamaan dengan model pemecahan masalah (Problem Solving) karakteristik permasalahannya yakni: pertama, Problem Space (all possible configuration), dimana masalah dibagi ke dalam suatu konfigurasi beberapa kemungkinan-kemungkinan, yang kedua yakni, Problem State (the particular configuration) dimana inti dari suatu masalah tersebut di buat ke dalam beberapa bagian konfigurasi particular masalah, kemudian yang ketiga yakni, Key to solving is a problem is to choose the right operators (processes applied to change the configuration), dimana kunci untuk suatu pemecahan adalah suatu masalah yang harus dipilih dalam proses perubahan dari masalah tersebut, dan yang keempat yakni, Problem solving is a search process: Each action takes us front one part of the problem space to another, dimana suatu pemecahan masalah adalah proses pemilihan satu tindakan dari beberapa masalah yang ada.
Sedangkan Kamran (2006), menyatakan bahwa langkah-langkah dalam mempergunakan metode Means-Ends Analysis adalah sebagai berikut:
1. Mentransfer inti masalah ke dalam beberapa bagian dari masalah tersebut
2. Bagian tersebut diolah
3. Bagian masalah tersebut dikirimkan untuk mencari kesamaan dari beberapa perbedaan.

Jacob (2005) menambahkan, apabila kita mempergunakan metode Means-Ends Analysis agar dapat menyelesaikan masalah dengan cepat dan mudah, kita dapat memulainya dengan cara:
1. Mendahulukan petunjuk/arahan, dari pernyataan awal sampai pernyataan tujuan, atau,
2. Terbalik mulai dari pernyataan tujuan sampai kepada pernyataan awal.


Metode Means-Ends Analysis berdasarkan konsep di atas jelas bahwa setiap tujuan yang dicapai ada dalam cara/langkah itu sendiri untuk mendapatkan tujuan yang lebih umum dan rinci. Metode Means-Ends Analysis juga dapat mengembangkan berpikir reflektif, kritis, logis, sistematis dan kreatif.