“Apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya lakukan saya paham” (Confusius)
Tampilkan postingan dengan label cerita motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita motivasi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 28 Desember 2012

Kalung Mutiara

Saat ini saya sedang menunggu buah dari usaha-usaha yang telah saya lakukan, dan saya tak tahu kapan saya bisa memetiknya. Saya yakin Anda pernah mengalaminya, atau mungkin malah sedang merasakan hal yang sama.

Kadang kita bertanya, kenapa hasil / kesuksesan yang kita harapkan tidak kunjung datang? Apa yang salah dari apa yang telah kita lakukan?

Sebuah ilustrasi berjudul “The Treasure” (Harta Karun) karya Alice Grey yang saya dapati dalam buku Millionaire Mindset oleh Gerry Robert. Cerita ini mungkin bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan lebih mengena.

---

Jenny, seorang gadis kecil dengan rambut keriting keemasan sedang menunggu antrian pembayaran bersama ibunya. Ketika ia melihat sebuah kalung mutiara berwarna putih, ia memohon pada ibunya.

“Ibu, bisakah aku memilikinya? Bisakah?”

Ibunya kemudian melihat kalung tersebut, lalu kembali melihat mata biru anaknya yang penuh harap.

“Satu dolar 95 sen. Harganya hampir dua dolar. Jika kau memang mau, kau bisa menabung sendiri untuk membelinya. Ulang tahunmu tinggal seminggu lagi dan kau mungkin nenek akan memberimu uang.”

Segera setelah Jenny sampai di rumah, ia mengeluarkan isi tabungannya dan mendapati 17 sen. Setelah makan malam, ia pergi mengunjungi tetangganya Mrs. McJames dan meminta agar beliau mau memberi 10 sen untuk membantu memetik bunga dandelion (randa tapak). Di hari ulang tahunnya, nenek Jenny memang memberi uang satu dolar yang baru, sehingga akhirnya ia bisa membeli kalung tersebut.

Jenny sangat menyukai mutiara yang ia beli karena bisa membuatnya menjadi cantik dan lebih dewasa. Ia pun selalu memakainya ke manapun, bahkan ketika ia tidur. Saat ketika ia melepasnya hanyalah ketika berenang dan mandi, karena ibunya berkata bahwa bagian belakang lehernya bisa menjadi hijau jika kalungnya basah.

Jenny memiliki seorang ayah yang sangat penyayang, yang sebelum tidur selalu membacakan cerita untuknya. Suatu malam, ketika ia selesai membacakan cerita, ia bertanya pada Jenny.

“Apakah kau menyayangi ayah?”

“Tentu saja ayah, kau tahu itu.”

“Kalau begitu berikanlah kalung itu pada ayah.”

“Ayah, jangan kalungku. Tapi ayah bisa memiliki Princess, kuda putih dari koleksiku. Yang ekornya putih, ayah ingat kan? Yang pernah ayah berikan padaku, Princess favoritku.”

“Baiklah, sayang.”

Ia lalu mencium pipi putri kecilnya itu. Seminggu kemudian, setelah membacakan cerita, ayah Jenny bertanya lagi.

“Apakah kau menyayangi ayah?”

“Tentu saja ayah, kau tahu itu.”

“Kalau begitu berikanlah kalung itu pada ayah.”

“Ayah, jangan kalungku. Tapi ayah bisa memiliki bonekaku dan ayah bisa memiliki selimut kuning yang cocok dengan tempat tidurnya.”

“Baiklah, tak apa. Selamat tidur, Tuhan memberkatimu, anakku. Ayah sayang padamu.”

Seperti biasa, ia mencium pipi anaknya dengan lembut. Beberapa hari kemudian ketika ayahnya memasuki kamar, Jenny sedang duduk di tempat tidurnya. Ketika ayahnya mendekat, ia melihat mata anaknya berkaca-kaca dan air mata membasahi pipinya.

“Ada apa?”

Jenny tak berkata apapun, tapi ia mengangkat tangan kecilnya. Ketika ia membuka genggamannya, kalung mutiara itu ada di dalamnya. Dengan nada suara gemetar, ia berkata,

“Ini ayah, ini untukmu.”

Dengan air mata di pelupuk, ayah Jenny mengambil kalung tersebut dengan satu tangannya, sementara dengan tangan yang satu lagi, ia mengambil sebuah kotak berwarna biru dengan mutiara asli dari dalam kantungnya.

Ayah Jenny selalu menyimpan mutiara tersebut. Ia hanya menunggu anaknya untuk menyerahkan mutiara tiruan miliknya untuk menukarnya dengan mutiara asli.

Apa yang Anda simpan sehingga Tuhan menunda pemberian-Nya? Kepercayaan apa yang menghambat Anda?

---Tuhan mungkin menunggu akan sesuatu yang seharusnya kita lakukan, tapi kita menahannya.---

http://www.justelsa.com

Pohon Oak

Seorang tukang kebun yang sudah tua dan berpengalaman telah mengamati sebuah pohon selama berhari hari. Cabang dan dedaunannya nampaknya tidak sesuai dengan usahanya merawat pohon tersebut. 

"Aku tahu," katanya dengan nada sedikit bersedih. 

"Akar-akarnya kurang dalam. Akar-akarnya seharusnya bisa lebih kuat di dalam tanah, dan hanya angin dan badailah yang akan bisa membuat akarnya kuat.” 

Ketika matahari terbenam, tukang kebun tersebut membereskan peralatan berkebunnya, menutup pagar kebun, dan masuk ke dalam rumah. Tak berapa lama, sekumpulan besar awan hitam mulai terlihat di langit. 

“Aku minta maaf karena caraku yang keras.” 

Kata tukang kebun tersebut, sambil melambaikan tangan ke arah awan tadi. 

“Tapi pohon itu butuh akar yang lebih kokoh, dan hanya angin kencang lah yang bisa membuatnya begitu.” 
Kemudian suara-suara angin pun terdengar, ketika ia menggoncang tiap dahan pohon tersebut. 

"Oh!" keluh pohon tersebut. 

"Oh, tukang kebun yang jahat, ia mengirim angin! Angin itu pasti akan merobohkanku!" 

Pohon tersebut memajukan rantingnya layaknya tangan yang meminta pertolongan, memanggil sang tukang kebun untuk datang, dan menyelamatkannya dari badai tersebut. 

Bunga-bunga di bawahnya menunduk, sementara angin meniup bau wangi mereka ke arah pohon tersebut. 

"Mereka tidak mengeluh seperti aku. Mereka tidak menderita seperti aku," kata sang pohon sambil terengah-engah. 

"Mereka tidak butuh badai. Hujan dan embun lah yang mereka inginkan," kata tumbuhan menjalar, yang telah merambat selama bertahun-tahun di atas pohon Ek yang telah mati, yang dulunya adalah kebanggaan di kebun tersebut. 

“Aku mendengar tukang kebun itu berkata sesuatu tiap sore..” lanjut tanaman itu, "bahwa kau harus punya akar yang kuat dan dalam, maka ia mengirim angin untuk mewujudkannya." 

“Aku ingin tahu, apakah hanya aku di kebun ini yang butuh goncangan," 

Kata pohon Ek tadi, dengan sedikit marah. 

"Ada pohon willow di dekat kolam yang selalu menangis dan…" 

"Tapi," sela tanaman rambat , "itulah yang membuat air kolam menjadi indah, dan selalu berkilau…air mata yang terus jatuh, dan kita harus bersyukur. Lagipula, pohon itu sangatlah anggun…" 

"Oh tentu, semua pohon itu indah kecuali aku. Aku mendengar tukang kebun itu memuji pohon elm dan pohon maple, dan bahkan juga pinus. Tapi ia tak berkata satu kata pun tentang pohon Ek. Aku sebernarnya tak peduli tentang diriku sendiri, tapi aku peduli pada keluargaku. Kalau begitu, aku harus mati, seperti saudaraku. Suatu hari kita semua akan mati, tapi tak seperti saudaraku sesama pohon Ek, tak aka nada yang akan melekat padaku seperti kau, tanaman rambat, melekat di tubuhnya yang tua.” 

"Kau salah. Kata tukang kebun itu beberapa hari yang lalu, ia akan menanam tanaman rambat seperti aku jika dedaunanmu tidak menjadi lebih baik, sehingga kau bisa terlihat lebih indah di kebun ini.” 

"Aku tak mau ia melakukannya. Aku tak ingin punya daun pinjaman. Pohon Ek sudah punya daya tarik sendiri. Tapi tanaman rambat, apakah badai itu tak membuatmu menderita? Aku takut aku akan mati, tapi jika aku masih bisa hidup maka aku akan menunjukkan pada tukang kebun itu apa yang bisa aku lakukan. Tapi tanaman rambat…" 

Suara pohon Ek tersebut bergetar, "katakan pada tukang kebun itu, kalau pagi datang, jika…jika aku mati…bahwa….bahwa…badai yang menakutkan itu membunuhku, bukannya menolongku." 

Angin pun membuat suara yang kencang, sehingga ia tak bisa mendengar jawaban tanaman rambat itu. Ketika pohon Ek itu menunggu waktunya mati, ia berpikir bahwa jika ia masih hidup, ia akan menggunakan dahan dan rantingnya untuk melindungi bunga-bunga di kakinya, melindungi mereka dari panasnya matahari, dan mencoba menjadi lebih baik dengan semuanya. 

Maka angin pun membuat akar-akar pohon Ek itu menjadi menancap semakin dalam ke tanah, sampai ia merasakan sesuatu. Apakah itu kematian? 

Pohon itu mendongakkan kepalanya. Awan tadi telah bergerak ke Selatan. Suasana sudah tenang, dan bintang-bintang pun bersinar seperti mata yang ramah di surga. 

. . . 

"Pohon Ek itu pasti sudah mati kalau bukan karena badai," kata tukang kebun itu, beberapa minggu kemudian, ketika ia menunjukkan kebunnya pada seorang teman. 

Tukang kebun itu berdiri di bawah pohon, dan ia melihat dengan senang dedaunan baru yang tumbuh, yang terlihat lebih indah daripada dahulu. 

"Pohon ini hanya perlu akar yang kuat. Pohon malang ini dahulu tidak bisa menyerap kelembaban yang cukup dari dalam tanah sebelum badai mengguncang akarnya dan membuatnya lebih dalam. Jika saja aku tahu filosofi badai sebelumnya, aku tak perlu kehilangan pohon Ek yang satunya lagi." 

Tukang kebun tua itu pun duduk di bawah pohon, dan tempat itu menjadi tempat favoritnya selama bertahun-tahun untuk beristirahat setelah bekerja. Pohon Ek itu hidup lama, dan merupakan kebanggaan sang tukang kebun. 

Para gadis menggunakan dedaunannya untuk merangkai bunga, dan anak-anak bermain di bawah pohon. Pohon itu sangat bahagia karena bisa membuat orang lain senang. Ia telah memetik sebuah pelajaran dari badai, dan selalu berkata pada pohon Ek yang lebih muda, 

"Sinar matahari dan tiupan angin yang nyaman punya peranan dalam pertumbuhan kita, tapi mereka bukanlah segalanya yang kita butuhkan untuk bisa benar-benar tumbuh."

http://www.justelsa.com

Kamis, 27 Desember 2012

Kaca Jendela

Sebelum memulai membahas artikel ini saya akan menceritakan sebuah peristiwa yang dialami sepasang suami istri. Pasangan tersebut baru pindah ke sebuah kontrakan baru di kampung padat penduduk. Setiap pagi di depan rumah mereka banyak orang sibuk mencuci dan menjemur pakaian.
Pada hari I, sang istri berkomentar, “Aneh ya, kenapa orang-orang kalau mencuci pakaian sama sekali tidak bersih. Kotorannya masih tebal begitu.”
Seminggu berlalu, dan sang istri selalu berkomentar bahwa cucian warga yang dijemur di depan kontrakan mereka itu masih sangat kotor. Selama seminggu sang suami hanya diam saja mendengar komentar-komentar istrinya. Lalu pada hari ke-8, si istri memberikan komentar lagi seperti biasa.
“Nah, itu baru bersih. Pak, lihat cucian mereka sekarang menjadi bersih sekali. Tapi kenapa kemarin-kemarin cucian mereka begitu kotor ya?” gumam si istri.
“Tadi pagi saya bangun pagi-pagi sekali. Saya bersihkan semua kaca jendela rumah kita sampai betul-betul bersih,” jawab suaminya seraya pergi meninggalkan si istri yang masih terperangah.
Kehidupan ini berkaitan erat dengan persepsi, yaitu cara pandang berdasarkan pola pikir dan perilaku individu masing-masing. Setiap orang dapat mendeskripsikan situasi atau kejadian secara berbeda berdasarkan penglihatan mereka. Persepsi itu akan mempengaruhi pola pikir serta tindakan kita selanjutnya.

Realitas kehidupan ini terbentuk oleh persepsi kita atau cara pandang kita terhadap segala sesuatu. Apa yang Anda yakini, itulah yang Anda terima. Tetapi seandainya kita mampu mengubahnya (persepsi) menjadi positif, maka segala sesuatu dalam kehidupan ini akan nampak lebih menyenangkan.

Dr. Wayne Dyer mengatakan, “When you change the way you look at things, the things you look at change. – Ketika Anda mengubah cara pandang terhadap sesuatu, maka apa yang Anda lihat akan berubah.” Inilah beberapa hal pokok untuk menghancurkan persepsi negatif dan menciptakan kehidupan yang seharusnya Anda nikmati.
Pertama adalah selalu berusaha membiasakan diri fokus pada nilai-nilai positif, maka persepsi kita menjadi lebih positif. Contoh ketika kita fokus pada kekurangan seseorang, maka kita akan terus mencari kekurangannya. Tetapi jika kita fokus pada kebaikan seseorang, maka kita akan terus berusaha mencari kebaikan di dalam dirinya dan semakin tertarik pada orang tersebut, bahkan terinspirasi olehnya.
Mungkin sama seperti awal orang sedang dalam masa pacaran, pasti masing-masing memandang pasangan serasa tak memiliki kekurangan karena yang terlihat kelebihannya saja. Hari-hari senantiasa romantis, sebab dalam hubungan itu masing-masing hanya fokus pada sifat-sifat yang positif dan menarik. Semakin ia fokus pada kualitas positif, maka ia pun melihat pasangan semakin menakjubkan sehingga makin jatuh cinta. Begitupun sebaliknya.
Cara lain untuk menjaga persepsi Anda tetap positif adalah dengan selalu berpikir dan bersikap optimis. Saya sangat sependapat dengan Henry Ford yang pernah mengatakan, “If you think you can or if you think you can’t either way you’re always right. – Jika Anda berpikir Anda bisa atau jika Anda berpikir tidak bisa, itu pasti terjadi.” Berpikir dan bersikap optimis tentu membantu persepsi Anda lebih jernih, sehingga nampak jelas peluang-peluang baru yang dapat menolong situasi Anda atau memandu Anda menuju sukses dan kebahagiaan.
Berpikir terbuka dan bersedia belajar tentang banyak hal merupakan salah satu upaya untuk menjernihkan persepsi. Kehidupan ini sangat lengkap artinya terdiri dari beragam situasi, sebab, macam, dan lain sebagainya. Tidak mungkin seseorang menguasai semua ilmu atau menyelami pikiran banyak orang di dunia. Jadi sebaiknya jangan terburu-buru menciptakan kesimpulan, melainkan mencari pelajaran positif yang dapat dipetik sebagai bekal untuk berpikir dan bertindak lebih bijaksana.

Contoh akhir-akhir ini media cetak maupun elektronik di tanah air bahkan luar negri sedang dihebohkan video asusila artis papan atas. Jika benar mereka melakukan tindak asusila itu, bukan berarti semua perilaku mereka negatif. Alangkah bijaksana jika kita menjadikan hal itu sebagai pembelajaran untuk tidak mencoba melanggar norma susila, agama maupun hukum, apapun profesi yang kita jalani, karena dampak buruknya sangat luar biasa tak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga keluarga dan masyarakat.
Jika saya perhatikan, orang-orang yang hidupnya cukup sukses di dunia ini senantiasa menjaga persepsi mereka tetap positif. Sehingga sikap dan tindakan mereka juga positif, contohnya tekun berusaha, rendah hati, disiplin, cermat atau berhati-hati dalam segala hal dan lain sebagainya. Disamping itu, mereka mampu melakukan tanggung jawab dengan baik dan menghasilkan karya luar biasa.
Persepsi seumpama ‘kaca jendela’ untuk melihat segala sesuatu nampak baik atau buruk. Ketika Anda mampu menjadikan persepsi selalu positif, maka Anda juga mempunyai kekuatan untuk melihat segala hal dengan lebih jernih, penuh optimisme, semangat, kasih sayang dan cinta, dan lain sebagainya, sehingga membantu Anda selalu bersikap positif dan tidak menyerah pada keadaan sesulit apapun untuk meraih sukses dan kebahagiaan. Oleh sebab itu, jika Anda ingin mencapai hasil akhir yang menyenangkan, maka jangan pernah membiarkan ‘kaca jendela’ Anda kotor.




“If the doors of perception were cleansed, everything would appear as it is – infinite. – Jika pintu persepsi dibersihkan, segala hal akan nampak sebagaimana adanya – sangat luar biasa.” William Blake

*Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku bestseller.Kunjungi websitenya di: www.andrewho-uol.com

http://gozalionline.blogspot.com

Senin, 24 Desember 2012

Kasih IBU

Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggalah ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang.
Ibunya bersusah payah seorang membesarkan anaknya, saat itu kampung tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak.
Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas.Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah. Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa 30 kg beras untuk dibawa kekantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibuya tidak mungkin bisa memberikan 30 kg beras tersebut.
Dan kemudian berkata kepada ibunya: ” Ma, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja disawah”. Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata : “Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu, pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah nanti berasnya mama yang akan bawa kesana”.
Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan kesekolah, mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya.
Sang anak akhirnya pergi juga kesekolah. Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh. Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya. pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata : ” Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran”. Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.

Awal Bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata: “Masih dengan beras yang sama”. Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : “Tak perduli beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa
matang sempurna. Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya”
Sang ibu sedikit takut dan berkata : “Ibu pengawas, beras dirumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata : “Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam-macam jenis beras”. Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.
Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: “Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu !”.
Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata: “Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis”. Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk diatas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.
Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: “Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi.”
Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya.
Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan kembali kekampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan kesekolah.
Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata: “Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu.” Sang ibu buru- buru menolak dan berkata: “Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini.”

Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam - diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi qing hua dengan nilai 627 point. Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras.
Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah.Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru
dan berkata : “Inilah sang ibu dalam cerita tadi.”
Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat luar biasa untuk naik keatas mimbar. Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang anakpun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada
anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan berkata: “Oh Mamaku…… ……… …

Pepatah mengatakan: “Kasih ibu sepanjang masa, sepanjang jaman dan sepanjang kenangan” Inilah kasih seorang mama yang terus dan terus memberi kepada anaknya tak mengharapkan kembali dari sang anak. Hati mulia seorang mama demi menghidupi sang anak berkerja tak kenal lelah dengan satu harapan sang anak mendapatkan kebahagian serta sukses dimasa depannya.
Mulai sekarang, katakanlah kepada mama dimanapun mama kita berada dengan satu kalimat: ” Terimakasih Mama.. Aku Mencintaimu, Aku Mengasihimu. ..selamanya”.

SELAMAT HARI IBU....walaupun posting terlambat 2 hari....tapi tak mengapa untuk mengenang ibu-ibu lain yang telah berjuang demi anak-anaknya
=======================================================================
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya, atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah!" - Jangan pula engkau membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan, dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku! Sayangilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah menyayangi aku semenjak kecil." (Q.S. 17:23-24)
=======================================================================

Minggu, 23 Desember 2012

Do'a Seorang Anak

Anak merupakan titipan ilahi dan sekaligus amanah dari Sang Maha Pencipta, tetapi karena kesibukan kita mencari nafkah untuk keluarga sehari-hari sampai-sampai kita tidak dapat menyediakan sedikit waktu untuk sekedar memperhatikan hak seorang anak untuk mendapatkan perhatian, kasih sayang dari seorang ayah atau ibunya. Mungkin dari kisah nyata berikut ini dapat kita ambil hikmah yang dapat kita ambil dan sebagai cermin bagi kita semua.

Seperti biasa Ayah, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta , tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Anak putra pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.

"Kok, belum tidur ?" sapa Ayah sambil mencium anaknya.

Biasanya Anak memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang Ayah menuju ruang keluarga, Anak menjawab, "Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?"

"Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?"
"Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Anak singkat.

"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?"
Anak berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara Ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Ayah beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Anak berlari mengikutinya. "Kalo satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong" katanya.

"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" perintah Ayah
Tetapi Anak tidak beranjak. Sambil menyaksikan Ayahnya berganti pakaian, Anak kembali bertanya, "Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak ?"

"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini ? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah".
"Tapi Papa......."

Kesabaran Ayah pun habis. "Papa bilang tidur !" hardiknya mengejutkan Anak. Sang Anak itu pun berbalik menuju kamarnya.

Usai mandi, Ayah nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Anak di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Sang Anak didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Ayah berkata, "Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Anak. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp. 5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Ayah.
"Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini".
"Iya, iya, tapi buat apa ?" tanya Ayah lembut.
"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit aja... Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada Rp. 15.000,- tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-. Tapi duit tabunganku kurang Rp. 5.000,- makanya aku mau pinjam dari Papa" kata Anak polos.

Ayah pun terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" Kebahagiaan anaknya.
========================================================================
“Ketahuilah, bahwasanya kehidupan dunia hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”.(Al-Hadid: 20)

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang tanggungjawabnya”.(Hadits shahih, Riwayat Ahmad, Al-Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi, dari Ibnu Umar)
========================================================================

Batu Besar Sang Raja

Pada jaman dahulu hiduplah seorang raja yang arif dan bijaksana dengan rakyat yang hidup sejahtera dan bahagia. Suatu hari Raja ingin menguji kepedulian rakyatnya terhadap sesama.

Di sebuah potongan jalan, setelah mengamati keadaan sekitar, Raja memerintahkan ajudannya untuk meletakkan batu besar tepat di tengah jalan untuk menghalangi jalan tersebut. Lalu ia dan pembantunya bersembunyi dan mengamati untuk melihat apakah akan ada yang akan berusaha memindahkan batu penghalang besar tersebut.
Beberapa pedagang kaya dan tamu-tamu istana yang melintas hanya melewati batu tersebut tanpa berusaha meminggirkannya. Bahkan banyak yang justru mengumpat dan menyalahkan Raja karena tidak berbuat apa-apa untuk menjaga jalan tersebut tetap lapang dan nyaman untuk dilalui. 

Sampai hampir seharian, terlihatlah seorang petani datang membawa pikulan sayuran. Setelah mendekati batu tersebut, petani tersebut meletakkan bebannya dan mencoba berusaha memindahkan batu tersebut ke tepi jalan. Lama sekali dia berusahan memindahkan dengan segala kekuatannya, Akhirnya dia berhasil memindahkan batu besar tersebut ke tepi jalan. Setelah itu petani tersebut mengambil pikulan sayuran dan seketika dia melihat sebuah bungkusan tergeletak di jalan di bekas batu tersebut. Bungkusan tersebut berisi koin emas dan catatan dari Raja yang menyebutkan menunjukkan bahwa emas itu hanya untuk orang yang menghilangkan rintangan batu tersebut dari jalan.

Petani tersebut mengetahui apa yang banyak dari kita tidak pernah atau sulit mengerti, bahwa dalam setiap rintangan selalu menyajikan kesempatan untuk memperbaiki kondisi kita.

========================================================================
الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الأرْضِ أَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الأمُورِ
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf & mencegah dari perbuatan yang mungkar; & kepada Allah-lah kembali segala urusan”. (Al-Hajj:41)
========================================================================