“Apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya lakukan saya paham” (Confusius)
Tampilkan postingan dengan label Sahabat Nabi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sahabat Nabi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 Maret 2013

ALI BIN ABI THALIB


Ali kecil merupakan anak yang malang. Tapi, kehadiran Muhammad SAW telah memberikan  seberkas pelangi baginya. Ali bin Abi Thalib tidak pernah dapat bercurah hati kepada ayahnya,  Abi Thalib, selega ia bercurah hati kepada Rasulullah. Sebab, sampai akhir hayatnya pun, Abi Thalib tetap tak dapat mengucap kata syahadat tanda penyerahan hatinya kepada Allah. Ayahnya tak pernah dapat merasa betapa nikmatnya saat bersujud menyerahkan diri kepada Allah SWT Rabb semesta sekalian alam.

Kematian ayahnya tanpa membawa sejumput iman begitu memukul Ali. Kelak dari sinilah, Ali kemudian bertekad kuat untuk tidak mengulang kejadian ini untuk kedua kali. Ali ingin, saat dirinya mesti mati nanti, anak anaknya tidak lagi menangisi ayahnya seperti tangis dirinya untuk ayahnya, Abi Thalib. Tidak  cuma dirinya, disebelahnya, Rasulullah SAW pun turut menangisi kenyataan tragis ini. Saat paman yang selama ini melindunginya, tidak mampu ia lindungi nanti. Di hari akhir, karena ketiaadaan iman di dalam dadanya.

Kenyataan ini Betul betul pahit, padahal Ali tahu bahwa ayahnya sangatlah mencintai dirinya dan Rasulullah. Saat ayahnya, buat pertama kali memergoki dirinya sholat berjamaah bersama Rasulullah, ia telah menyatakan dukungannya. Abi Thalib berkata, "Janganlah kau berpisah darinya (Rasulullah), karena ia tidak mengajakmu kecuali kepada kebaikan".

Sejak masih berumur 6 tahun, Ali sudah bersama dan menjadi pengikut setia Rasulullah. Sejarah kelak mencatat bahwa Ali terbukti berkomitmen pada kesetiaannya. Ali sudah hadir bersama Rasulullah sejak awal dan baru berakhir saat Rasulullah menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ali ada disaat yang lain tiada. Ali merupakan tameng hidup Rasulullah dalam kondisi kritis atau dalam berbagai peperangan genting, saat diri Rasulullah terancam.

Kecintaan Ali pada Rasulullah, dibalas dengan sangat manis oleh Rasulullah SAW. Pada sebuah kesempatan Rasulullah SAW  menghadiahkan kepada Ali sebuah kalimat yang begitu melegenda, yaitu : "Ali, engkaulah saudaraku. Di dunia dan di akhirat..." Ali, merupakan pribadi yang istimewa. Ia marupakan remaja pertama di belahan bumi ini yang meyakini kebenaran yang disampaikan oleh Rasulullah. Konsekuensinya adalah, ia kemudian seperti tercerabut dari kegermerlapan dunia remaja. Disaat remaja lain berhura hura. Ali sudah berkenalan dengan nilai nilai spiritual yang ditunjukkan oleh Rasulullah, baik melalui lisan maupun melalui tindak-tanduk beliau. "Aku selalu mengikutinya (Rasulullah SAW) sebagaimana anak kecil selalu membuntuti ibunya. Setiap hari ia menunjukkan kepadaku akhlak yang mulia dan memerintahkanku untuk mengikuti jejaknya", begitu kata Ali mengenang masa masa indah bersama Rasulullah SAW tidak lama sesudah Rasulullah wafat.

Amirul mukminin Ali, tumbuh menjadi pemuda yang berdedikasi. Dalam berbagai forum serius yang dihadiri para tetua, Ali selalu ada mewakili kemudaan. Namun, muda tak berarti tak bijaksana. Banyak argumen dan kata kata Ali yang kemudian menjadi rujukan. Khalifah Umar bin Khatab bahkan pernah berkata,"Tanpa Ali, Umar sudah lama binasa"

Pengorbanannya menjadi buah bibir dalam sejarah Islam. Ali-lah yang bersedia tidur di ranjang Rasulullah SAW, menggantikan dirinya, saat rumahnya sudah terkepung oleh puluhan pemuda terbaik utusan kaum kafir Quraisy yang hendak membunuhnya di pagi buta. Ali bertaruh nyawa. Dan hanya karena Allah saja semata, bila kemudian ia masih tetap selamat, begitu juga dengan Rasulullah yang saat itu 'terpaksa' hijrah ditemani Abu Bakar seorang.

Keperkasaan Ali tiada banding. Pada perang Badar, perang pertama yang paling berkesan bagi Rasulullah (Hingga sesudahnya, beliau memanggil para sahabat yang ikut berjuang dalam Badar dengan sebutan " Yaa...ahlul Badar..."), Ali menunjukkan siapa dirinya sesungguhnya. Dalam perang itu Ali  berhasil menewaskan separo dari 70an pihak musuh yang terbunuh. Hari itu, bersama sepasukan malaikat yang turun dari langit, Ali mengamuk laksana badai gurun.

Perang Badar adalah perang spiritual. Di sinilah, para sahabat terdekat dan pertama-tama Rasulullah menunjukkan dedikasinya terhadap apa yang disebut dengan iman. Mulanya, jumlah lawan yang sepuluh kali lipat jumlahnya menggundahkan hati para sahabat. Tapi, doa pamungkas Rasulullah menjadi penyelamat dari jiwa-jiwa yang gundah. Sebuah doa, semirip ultimatum, yang sesudah itu tak pernah lagi diucapkan Rasulullah..."Ya Allah, disinilah sisa umat terbaikmu berkumpul...jika Engkau tak menurunkan bantuanmu, Islam takkan lagi tegak di muka bumi ini..."

Dalam berbagai suroh, disebutkan bahwa musuh kemudian melihat jumlah pasukan muslim seakan tiada batasnya, padahal jumlah sejatinya tidaklah lebih dari 30 orang. Pasukan berjubah putih berkuda putih seperti turun dari langit dan bergabung bersama pasukan Rasulullah. Itulah, kemenangan pasukan iman. Dan Ali, menjadi bintang lapangannya hari itu. Tak hanya Badar, banyak peperangan sesudahnya menjadikan Ali sebagai sosok yang disegani. Di perang Uhud, perang paling berdarah bagi kaum muslim, Ali menjadi penyelamat karena dialah yang tetap teguh mengibarkan panji Islam sesudah satu demi satu para sahabat bertumbangan. Dan yang terpenting, Ali melindungi Rasulullah yang kala itu terjepit sampai gigi Rasulullah bahkan rompal dan darah mengalir di mana-mana. Teriakan takbir dari Ali menguatkan kembali semangat bertarung para sahabat, terutama sesudah melihat Rasululah dalam kondisi kritis.

Perang Uhud meski pahit namun sejatinya berbuah manis. Di Uhud, Rasulullah SAW banyak kehilangan sahabat terbaiknya, para ahlul Badar. Termasuk pamannya, Hamzah - sang singa padang pasir. Kedukaan yang tak terperi, sebab Hamzah-lah yang selama ini loyal melindungi Rasulullah setelah Abi Thalib wafat. Buah manisnya adalah, doa penting Rasulullah juga terkabul, yaitu masuknya Khalid bin Walid. Panglima musuh di Perang Uhud, ke pangkuan Islam. Khalid kemudian, sampai akhir hayatnya  mempersembahkan kontribusi besar terhadap kemenangan dan perkembangan Islam.

Bagi Ali bin Abi Thalib sendiri, perang Uhud makin menguatkan imagi tersendiri pada sosok Fatimah binti Muhammad SAW. Sebab di perang Uhud, Fatimah turut serta. Dialah yang membasuh luka ayahnya, juga Ali, berikut pedang dan baju perisainya yang bersimbah darah. Juga di perang Khandak. Perang yang juga terhitung genting. Perang pertama yang sifatnya psyco-war. Ali kembali menjadi pahlawan, sesudah cuma ia satu satunya sahabat yang berani maju meladeni tantangan seorang musuh yang dikenal jawara paling tangguh, Amr bin Abdi Wud. Dalam gumpalan debu pasir dan dentingan suara pedang. Ali bertarung satu lawan satu. Rasulullah SAW bahkan bersabda: “Manifestasi seluruh iman sedang berhadapan dengan manifestasi seluruh kekufuran”.

Dan teriakan takbir menjadi pertanda, bahwa Ali menyudahinya dengan kemenangan. Kerja keras Ali bin Abi Thalib berbuah. Kemenangan di raih pasukan Islam tanpa ada benturan kedua pasukan. Tidak ada pertumpahan darah. kegemilangan ini, membuat Rasulullah SAW pada sebuah kesempatan : “Peperangan Ali dengan ‘Amr lebih utama dari amalan umatku hingga hari kiamat kelak”.Seluruh peperangan Rasulullah SAW diikuti oleh Ali, kecuali satu di Perang Tabuk. Rasulullah memintanya menetap di Mekkah untuk menjaga stabilitas wilayah. Karena  Rasulullah mengetahui, ada upaya busuk dari kaum munafiq untuk melemahkan Mekkah dari dalam saat Rasulullah keluar memimpin perang Tabuk. Kehadiran Ali di Mekkah, meski seorang diri, telah berhasil memporak porandakan rencana buruk itu. Nyali mereka ciut, mengetahui ada Ali bin Abi Thalib di tengah tengah mereka.

Perubahan drastis ditunjukkan Ali sesudah Rasulullah SAW wafat. Ia lebih suka menyepi, bergelut dengan ilmu, mengajarkan Islam kepada murid muridnya. Di fase inilah, Ali menjadi sosok dirinya yang lain, yaitu seorang pemikir. Keperkasaannya yang melegenda telah diubahnya menjadi sosok yang identik dengan ilmu. Ali benar-benar terinspirasi oleh kata-kata Rasulullah, "jika aku ini adalah kota ilmu, maka Ali adalah pintu gerbangnya". Dari ahli pedang menjadi ahli kalam (pena). Ali begitu tenggelam didalamnya, hingga kemudian ia 'terbangun' kembali ke gelanggang untuk menyelesaikan 'benang ruwet', sebuah nokta merah dalam sejarah Islam. Sebuah fase di mana sahabat harus bertempur melawan sahabat.


Kenangan Bersama Fatimah Az-Zahra


Sejatinya, sosok Fatimah Az Zahra sudah lama ada di hati Ali bin Abi Thalib. Ali-lah yang mengantarkan Fatimah kecil meninggalkan Mekkah menyusul ayahnya yang telah dulu hijrah. Ali pula yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri, betapa Fatimah menangis tersedu-sedu setiap kali Rasulullah dizhalimi. Ali dapat merasakan betapa pedihnya hati fatimah saat ia membersihkan kotoran kambing dari punggung ayahnya yang sedang sholat, yang dilemparkan dengan penuh kebencian oleh orang-orang kafir quraisy.

Bagi Fatimah, sosok Rasulullah, ayahnya, merupakan sosok yang paling dirindukannya. Walau hati sedih bukan kepalang, duka tidak berujung suka, begitu melihat wajah ayahnya, semua sedih dan duka akan sirna seketika. Bagi Fatimah, Rasulullah merupakan inspirator terbesar dalam hidupnya. Fatimah hidup dalam kesederhanaan karena Rasulullah menampakkan padanya hakikat kesederhanaan dan kebersahajaan. Fatimah belajar sabar, karena Rasulullah sudah menanamkan makna kesabaran melalui deraan dan fitnah yang diterimanya di sepanjang hidupnya. Dan Ali merasakan itu semua. Sebab Ali bin Abi Thalib tumbuh dan besar di tengah-tengah mereka berdua.

Maka, ketika Rasulullah mempercayakan Fatimah pada dirinya, sebagai belahan jiwanya, sebagai teman mengarungi kehidupan, maka ketika itulah hari paling bersejarah bagi dirinya. Karena sesunguhnya, Fatimah bagi Ali merupakan seperti bunda Khodijah bagi Muhammad SAW. Sangatlah istimewa. Suka duka, yang lebih banyak dukanya mereka lewati bersama. Dua hari sesudah kelahiran Hasan, putra pertama mereka, Ali mesti berangkat pergi ke medan perang bersama Rasulullah. Ali tidak pernah benar-benar dapat mencurahkan seluruh cintanya untuk Fatimah juga anaknya. Ada mulut mulut umat yang menganga yang juga menanti cinta sang khalifah.

Mereka berdua hidup dalam kesederhanaan. Kesederhanaan yang sampai mengguncang langit. Penduduk langit bahkan sampai ikut menangis karenanya. Berhari-hari tak ada makanan di meja makan. Puasa tiga hari berturut turut sebab ketiadaan makanan pernah hinggap dalam kehidupan mereka. Tengoklah Ali, dia sedang menimba air di pojokkan sana, Setiap timba yang bisa angkat, dihargai dengan sebutir kurma. Hasan dan Husein bukan main riangnya mendapatkan sekerat kurma dari sang ayah.

Pun, demikian tidak pernah ada keluk kesah dari mulut mereka. Bahkan, mereka masih dapat bersedekah. Rasulullah...tak mampu menahan tangisnya... ketika mengetahui Fatimah memberikan satu-satunya benda berharga miliknya, seuntai kalung peninggalan sang bunda Khodijah, saat kedatangan pengemis yang meminta belas kasihan padanya. Rasulullah, yang perkasa itu, tak dapat menyembunyikan betapa air matanya menetes satu persatu...terutama mengingat bahwa kalung itu begitu khusus maknanya bagi dirinya... dan fatimah rela melepasnya, demi menyelamatkan perut seorang pengemis yang lapar, yang bahkan tidak pula dikenalnya.

Dan lihatlah...langit tak diam. Mereka sudah menyusun rencana. Hingga, melalui tangan para sahabat, kalung itu akhirnya kembali ke Fatimah. Sang pengemis, budak belaian itu dapat pulang dalam keadaan kenyang, dan punya bekal pulang, menjadi hamba yang merdeka pula. Dan yang terpenting adalah kalung itu sudah kembali ke lehernya yang paling berhak...Fatimah. Namun, waktu terus berjalan. Cinta di dunia tidaklah pernah abadi. Sebab jasad terbatasi oleh usia. Mati.

Sepeninggal Rasulullah, Fatimah lebih sering berada dalam kesendirian. Fatimah  bahkan sering sakit sakitan. Sebuah kondisi yang sebelumnya tidak pernah terjadi saat rasulullah masih hidup. Fatimah seperti tak dapat menerima, mengapa kondisi umat begitu cepat berubah sepeninggal ayahnya. Fatimah merasa telah kehilangan sesuatu yang bernama cinta pada diri umat terhadap pemimpinnya. Dan Fatimah  semakin menderita karenanya setiap kali ia terkenang pada sosok yang dirindukannya, Rasulullah SAW.

Pada masa saat kekalutan tengah berada di puncaknya, Fatimah teringat pada sepenggal kalimat rahasia ayahnya. Pada detik-detik kematian Rasulullah...di tengah isak tangis Fatimah...Rasulullah membisikkan sesuatu pada Fatimah, yang dengan itu sudah berhasil membuat Fatimah tersenyum. Senyum yang tidak bisa terbaca. Pesan Rasulullah itu sangatlah rahasia, dia hanya dapat terkatakan nanti sesudah Rasulullah wafat atau saat Fatimah seperti sekarang ini...terbujur di pembaringan. Ya, Rasulullah berkata, "Sepeninggalku, ...diantara bait-ku (keluargaku), engkaulah yang pertama-tama akan menyusulku..."

Kini, Fatimah sudah menunggu masa itu. Ia sudah sedemikian rindu dengan ayahanda pujaan hatinya. Sesudah menatap mata suaminya, dan menggenggam erat tangannya...seakan ingin berkata, "kutunggu dirimu nanti di surga...bersama ayah...", Fatimah Az-Zahra menghembuskan nafasnya yang terakhir.Dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya... dalam deraian air mata... Ali menguburkan jasad istrinya tercinta itu...yang masih belia itu...sendiri...di tengah malam buta...Ali tidak ingin membagi perasaannya itu dengan orang lain. Mereka berdua larut dalam keheningan yang hanya mereka berdua yang tahu. Lama Ali terpekur di gundukan tanah merah yang baru saja dibuatnya. Setiap katanya merupakan setiap tetes air matanya. Mengalir begitu deras. Sampai kemudian, dengan dua tangan terkepal. Ali bangkit berdiri...dan berteriak sekeras sekerasnya sambil menghadap langit...." A L L A H U ... A K B A R".

Pertempuran Antar Sahabat


Setelah menjadi Khalifah. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ra, kemudian berkonsentrasi membenahi kondisi umat. Terutama pada sisi administrasi pemerintahan, ekonomi dan stabilitas pertahanan. Beberapa reformasi fundamental, seperti penggantian pejabat dan pengambilan kembali harta yang pernah diberikan oleh khalifah sebelumnya (Ustman bin Affan) menyulut kontroversi. Terutama, dalam kacamata awam, Ali tak pula kunjung menyeret pelaku pembunuhan Khalifah Ustman ke pengadilan.

Yang harus dihadapi Ali bin Abi Thalib tak tanggung-tanggung, sahabatnya sendiri. Sahabat yang dulu pernah berjuang bersama Rasulullah menegakkan Islam, kini berada dalam barisan yang hendak melawannya. Bahkan ada pula sahabat yang dulu membaiatnya menjadi khalifah, kini turut pula menghadangnya. Kondisi yang sangat pahit.

Ali tidak pandang bulu. Baginya hukum menyentuh siapa saja. Tidak ada istilah 'orang kuat' di mata Ali. Bagi Ali bin Abi Thalib, "orang lemah terlihat kuat dimataku, saat aku harus berjuang keras mengembalikan hak miliknya yang terampas. Orang kuat terlihat lemah di mataku, saat aku terpaksa mengambil sesuatu darinya yang bukan menjadi haknya".

Di masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, pusat pemerintahan di pindahkan ke Kuffah. Dari sini kemudian ia mengendalikan wilayah Islam, yang ketika itu sudah meluas termasuk Syam. Kondisi ketika itu benar-benar membutuhkan ketegasan. Sebagai khalifah terakhir dalam bingkai Khulafa Ar-rasyidin, Ali bin Abi Thalib dihadapkan pada masa pelik. Dimana akar dari permasalahannya adalah makin bertambahnya Islam dari segi jumlah tapi semakin berkurang pula dari segi kualitas. Interest pribadi (nafs), kesukuan (nasionalisme sempit) yang dibalut atas nama agama, menjadi awal mulanya masa kemunduran Islam.

Ketidak sempurnaan informasi yang diterima bunda Aisyah di Mekkah terhadap beberapa kebijakan Khalifah Ali telah membuatnya menyerbu Kuffah. Perang Jamal (Unta), demikian sejarah mencatatnya. Karena  bunda Aiysah ra memimpin perang melawan Ali dengan menunggangi Unta. Bersama Aisyah, turut pula sahabat Zubair bin Awam dan Thalhah. Di akhir peperangan, Khalifah Ali bin Abi Thalib  menjelaskan semuanya, dan Siti Asiyah dipulangkan dengan hormat ke Mekkah. Ali mengutus beberapa pasukan khusus untuk mengawal kepulangan bunda Aisyah ke Mekkah.

Berikutnya adalah Perang Shiffin. Bermula dari Gubernur Syam, Muawiyyah bin Abu Sofyan yang menyatakan penolakannya atas keputusan Ali mengganti dirinya sebagai gubernur. Kondisi serba tidak taat ini membuat Ali masygul. Mereka bertemu dalam Perang Siffin. Pada saat saat memasuki kekalahannya, pasukan Syam kemudian mengangkat Al-Quran tinggi-tinggi dengan tombaknya, yang membuat pasukan Kufah menghentikan serangan. Dengan cara ini, kemudian dibukalah pintu dialog.

Perundingan inilah yang kemudian membawa babak baru dalam kehidupan Ali, bahkan dunia Islam hingga saat ini. Sebuah tahkim (arbitrase) yang menurut sebagian pihak membuat Ali di bagian pihak yang kalah, namun menunjukkan kemuliaan hati Ali di sisi lain. Syam mengutus Amru Bin 'Ash yang terkenal dengan negosiasinya dan Ali mengutus Abu Musa Asyari, yang terkenal dengan kejujurannya.

Ali nampak betul betul berharap terhadap perundingan ini dan menghasilkan traktat yang membawa kedamaian diantara keduanya. Tapi, kelihaian mengolah kata kata dari pihak Syam membuat arbitrase itu seperti mengukuhkan kemunduran Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah dan menggantikannya dengan Muawiyah.

Dan ini menimbulkan ketidakpuasan dari beberapa elemen di pasukan Ali. Dari sini, lahirlah para Khawarij yang kelak kemudian, bertanggung jawab terhadap kematian Khalifah Ali bin Abi Thalib. Khawarij itu, Tiga untuk Tiga... Mereka membentuk tim berisi tiga orang yang tugasnya membunuh tiga orang yang dianggap paling bertanggung jawab terhadap perundingan tersebut. Abdurahman bin Muljam ditugasi untuk membunuh Ali bin Thalib, Amr bin Abi Bakar ditugasi untuk membunuh Muawiyah, dan Amir bin Bakar ditugasi untuk membunuh Amr bin Ash. Mereka kemudian gagal membunuh tokoh-tokoh ini, kecuali Abdurahman bin Muljam yang membunuh Ali bin Abi Thalib.

Menjelang wafatnya Khalifah Ali bin Abi Thalib ra, Ali sempat bermuram durja. Sebab, penduduk Kuffah termakan propaganda dan kehilangan ketaatan kepada dirinya. Ketika Ali meminta warga Kuffah untuk mempersiapkan diri menyerbu Syam, namun warga Kuffah tidak terlalu menanggapi seruan itu. Ini berdampak psikologis amat berat bagi Ali. Tidak hanya sekali dua kali. tapi acapkali seruan Khalifah Ali bin Abi Thalib di anggap angin lalu oleh warga Kufah.

Sebab itu, Ali bin Abi Thalib sempat berkata, “Aku terjebak di tengah orang-orang tidak menaati perintah dan tidak memenuhi panggilanku. Wahai kalian yang tidak mengerti kesetiaan! Untuk apa kalian menunggu? Mengapa kalian tidak melakukan tindakan apapun untuk membela agama Allah? Mana agama yang kalian yakini dan mana kecemburuan yang bisa membangkitkan amarah kalian?”

Pada kesempatan yang lain beliau juga berkata, “Wahai umat yang jika aku perintah tidak menggubris perintahku, dan jika aku panggil tidak menjawab panggilanku! Kalian adalah orang-orang yang kebingungan kala mendapat kesempatan dan lemah ketika diserang. Jika sekelompok orang datang dengan pemimpinnya, kalian cerca mereka, dan jika terpaksa melakukan pekerjaan berat, kalian menyerah.

Aku tidak lagi merasa nyaman berada di tengah-tengah kalian. Jika bersama kalian, aku merasa sebatang kara.” "Jika bersama kalian, aku merasa sebatang kara". Pernyataan pedih mewakili hati yang pedih. Dalam kehidupan kekinian, mungkin bertebaran di tengah-tengah kita pemimpin-pemimpin baru atau anak-anak muda berjiwa pembaharu yang dalam hatinya sama dengan dalamnya hati Ali bin Abi Thalib ra ketika mengucapkan kalimat itu. Mereka menawarkan jalan cerah tapi, kita umatnya memilih kegelapan yang nampak menyilaukan. Kita abai terhadap ajakan mereka, dan malah mungkin memusuhinya... mengisolasinya. Ahhh...semoga kita terhindar dari kelakuan keji itu...

Usaha Khalifah Ali bin Abi Thalib ra untuk menyusun kembali peta kekuatan Islam sebenarnya sudah diambang keberhasilan. Satu demi satu yang dulunya tercerai berai telah kembali berikrar setia pada beliau. Tapi, Allah berkehendak lain, sesudah berjuang keras sekitar 5 tahun menjaga amanah kepemimpinan umat, dan sesudah melewati berbagai fitnah dan deraan, Khalifah Ali menyusul kekasih hatinya, Rasulullah SAW dan FAtimah Az-Zahra menghadap Sang Pencipta, Allah SWT.

Hari itu, tanggal 19 ramadhan tahun 40 H, ketika beliau mengangkat kepala dari sujudnya, sebilah pedang beracun terayun dan mendarat tepat di atas dahinya. Darah mengucur deras membahasi mihrab masjid. “Fuztu wa rabbil ka’bah. Demi pemilik Ka’bah, aku telah meraih kemenangan.”, sabda Ali di tengah cucuran darah yang mengalir. Dua hari setelahnya, Khalifah Ali bin Abi Thalib wafat. Ia menemui kesyahidan seperti cita-citanya. Seperti istrinya, Ali bin Abi Thalib juga dimakamkan diam-diam di gelap malam oleh keluarganya di luar kota Kuffah.

Di detik-detik kematiannya, bibir beliau berulang-ulang mengucapkan “Lailahaillallah” dan membaca ayat, “Faman ya’mal mitsqala dzarratin khairan yarah. Waman ya’mal mitsqala dzarratin syarran yarah.” yang artinya, “Siapapun yang melakukan kebaikan sebiji atompun, dia akan mendapatkan balasannyanya, dan siapa saja melakukan keburukan meski sekecil biji atom, kelak dia akan mendapatkan balasannya.”

Beliau sempat pula mewasiatkan nasehat kepada keluarganya dan juga umat muslim. Di antaranya : menjalin hubungan sanak keluaga atau silaturrahim, memperhatikan anak yatim dan tetangga, mengamalkan ajaran Al-Qur’an, menegakkan shalat yang merupakan tiang agama, melaksanakan ibadah haji, puasa, jihad, zakat, memperhatikan keluarga Nabi dan hamba-hamba Allah, serta menjalankan amr maruf dan nahi munkar.

Islam sudah ditinggalkan oleh satu lagi putra terbaiknya. Pengalaman heroik hidupnya sudah melahirkan begitu banyak kata-kata mulia yang mungkin akan pula menjadi abadi. Ali bin Abi Thalib menjadi inspirasi bagi setiap pemimpin yang ingin membawa bumi ini pada ketundukan kepada Allah SWT.

Ketika Ali bin Abi Thalib dicerca dari banyak arah, lahirlah perkataan beliau : “Cercaan para pencerca tidak akan melemahkan semangat selama aku berada di jalan Allah”. Ketika beliau harus menerima kenyataan pahit berperang dengan sahabatnya sendiri, dan juga mendapatkan persahabatan dari orang yang dulunya menjadi musuh, lahirlah : "Cintailah sahabatmu biasa saja, sebab mungkin ia akan menjadi penentangmu pada suatu hari, dan bencilah musuhmu biasa saja, karena mungkin ia akan menjadi sahabatmu pada suatu hari".

Ali bin Abi Thalib juga sangat menghormati ilmu. Tidak terkira banyaknya, kalmat bijak yang keluar dari mulutnya tentang keutamaan mencari ilmu. Ia juga menyarankan orang untuk sejenak merenungi ilmu dan hikmah-hikmah kehidupan. Kata beliau, "Renungkanlah berita yang kau dengar secara baik-baik (dan jangan hanya menjadi penukil berita), penukil ilmu sangatlah banyak dan perenungnya sangat sedikit".

Khalifah Ali bin Abi Thalib ra merupakan sebuah legenda. He is a legend. Dan legenda tidak akan pernah mati. Bisa jadi, saat lilin-lilin di sekitar kita mulai padam satu persatu, dan kita kehilangan panduan karenanya, maka pejamkanlah saja sekalian matamu. Hadirkan para legenda-legenda Islam itu, termasuk beliau ini dalam benakmu dan niscaya ia akan menjadi penerang bagimu...seterang-terangnya cahaya yang pernah ada di muka bumi.
Sahabat yang lahir dalam keprihatinan serta meninggal dalam Kesunyian.
Dialah, khalifah Ali bin Abi Thalib ra.

UTSMAN BIN AFFAN

Khulafa ar-Rasyidun yang ketiga Utsman bin Affan, seorang yang termasuk orang yang memeluk Islam pada priode awal (As-Shabiqunal Awwalun). Ia juga satu-satu orang yang diberikan karunia oleh Allah dengan menikahi dua orang putri rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Ruqayah dan Ummi Kultsum karena itu ia terkenal dengan Dzu Nur`ain ( yang memiliki dua cahaya). Dan sifatnya yang paling terkenal adalah ia seorang yang pemalu hal ini sesuai dengan sabda nabi yang mensifatinya dengan mengatakan ” Apakah aku tidak malu terhadap orang yang Malaikat saja malu kepadanya”.

Kami tidak membahas tentang kehidupan Utsman secara keseluruhan, namun hanya membahas beberapa hal saja yaitu, pertama tentang pengangkatan Usman terpilih menjadi khalifah pengganti Umar bin Khatab, kemudian kedua tentang suatu prestasi yang sampai hari ini umat Islam diseluruh dunia dapat menikmatinya yaitu masalah penghipunan al-Qur`an (Jamul Qur`an) menjadi satu standar mushaf diseluruh dunia sering disebut dengan Mushaf Utsmani, ketiga seputar fitnah terbunuhnya Utsman


Biografi Singkat Utsman bin Affan

Utsman bin Affan nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abi Ash bin Umayyah bin Abdus Syam bin Abdul Manaf bin Qushai bin Qilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib Al-Quraisyi. Ia dilahirkan tahun ke-6 dari tahun gajah. Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin Habib bin Abdus Syam. Sedangkan nenek dari ibunya bernama Al-Baida` binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yakni saudara kembar Abdullah ayah rasul shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ia termasuk orang yang masuk Islam lantaran da’wah dari seruan Abu Bakar, ia adalah orang yang ikut hijrah sebanyak dua kali, yakni hijrah ke Habasyah dan ke Madinah.Pada saat Rasulullah SAW meninggal dunia Utsman baru berusia 58 tahun, ia menjabat sebagai khalifah pada tahun 24 H dan saat itu ia berusia 70 tahun


Utsman bin Affan menjadi Khalifah

Dikala Umar kena tikam, beliau tidak bermaksud hendak mengangkat penggatinya sebagai khalifah. Tetapi kaum muslimin khawatir kalau terjadi perpecahan sesudah Umar meninggal dunia, karena itu mereka mengusulkan agar Umar menunjuk siapa yang akan menjadi pengganti beliau. Ada diriwayatkan, bahwa Umar berkata ” Kalaupun saya menunjuk seorang pengganti, karena dulu orang yang lebih baik dari saya (Abu Bakar) juga menunjuk penggantinya, atau kalaupun saya biarkan, karena dulu orang yang lebih baik dari saya (Rasul) juga membiarkan.”

Dalam hal ini kalau kita pelajari iklim dan suasana dimasa itu, jelaslah Umar dalam keadaan ragu. Beliau hendak tidak memikul tanggung jawab terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan orang-orang sepeninggal beliau. Takut keadaan kaum muslimin berpecah belah. Tetapi setelah dipirkan matang-matang bahwa kalau dibiarkan begitu saja ia khawatir keadaan akan menjadi kacau. Karena dalam perang menghadapi tentara Persia dan Rumawi semua orang Arab sudah ikut serta sehingga setiap kabilah mengaku dirinya seperti kaum Muhajirin dan Anshar, berhak memilih khalifah. Karena itu beliau mengambil jalan tengah, antara menunjuk dan tidak.

Karenanya, ia membentuk Majlis Syura yang terdiri dari enam orang dengan tugas memilih diantara mereka seorang khalifah sesudahnya. Keenam orang itu Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwan, Thalhah bin Ubaidillah, Abdurrahman bin Auf dan Saad bin Abi Waqas. Keseluruhan nama-nama itu adalah orang-orang yang telah dijamin masuk surga. Setelah menyebutkan nama-nama mereka Umar bin Khatab berkata: ’ Tak ada orang yang lebih berhak dalam hal ini daripada mereka itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat sudah merasa puas terhadap mereka . siapapun yang terpilih dialah khalifah sesudah saya.’Namun demikian, khusus untuk Abdullah bin Umar jangan dicalonkan apalagi dipilih, karena Umar mengatakan ” Aku tidak menginginkan salah seorang dari keluargaku menjadi orang yang diserahi tugas untuk memimpin dan mengurus kalian. Aku tidak menyukainya. Sebab, aku tidak menginginkan seorangpun dari keluarga Umar dihisab dan dimintai pertanggung jawaban atas urusan umat Muhammad. Sungguh aku telah berusaha dan berketetapan agar anggota keluargaku tidak memangku jabatan ini. Sungguh aku sangat bahagia bila harapan ini terkabul.”

Masih perkataan Umar mengenai penentu siapa yang akan menentukan keputusan bila terjadi persamaan hasil pendapat, atau hal-hal yang masih diperselisihkan ” bilamana suara dari anggota tim sama hendaknya keputusan diserahkan kepada Abdullah bin Umar sebagai anggota tim tersebut. Selanjutnya bila keputusan yang diambil Abdullah bin Umar tidak disetujui oleh anggota tim, maka hendaklah anggota tim mengikuti keputusan yang diambil Abdurrahman bin Auf”. Sesudah itu, Umar memanggil mereka dan berkata: ”

sesungguhnya aku menilai bahwa kalian adalah para pemimpin mayarakat, sehingga urusan khalifahpun berada pada kalian sendiri. Lebih dari itu, sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah berpulang kehadirat Allah dalam keadaan rela pada kalian. Dengan demikian, sungguh aku tidak menghawatirkan masyarakat atas kalian selama kalian bersikap lurus. Namun demikian, aku hawatir akan timbul perselisihan diantara kalian sehingga masyarakatpun berselisih. Maka sesudah aku wafat, hendaklah kallian musyawarah selama tiga hari dan hendaklah pada hari keempatnya kalian sudah mempunyai pemimpin. Kemudian dipesankan agar Abdullah bin Umar ikut hadir sebagai penasihat dan jangan menjadi calon, lalu dipesankan juga agar Thalhah sebagai salah seorang yang disertakan sebagai khalifah baru. Tetapi bilaman Thalhah dalam tiga hari belum juga tiba dan kalian sebelum tiga hari sudah mendapat keputusan prihal orang yang menjadi khalifah baru, hendaklah kalian memutuskannya. Ketika umar telah wafat, berkumpulah kelompok yang telah dicalonkan sesuai dengan yang dipesankan oleh Umar dirumah al_Musawir bin Mukhirah kecuali Thalhah. Dalam perjalanannya kemudian Abdurrahman bin Auf melepaskan diri mencalonkan sebagai khalifah. Namun sesuai dengan wasiat Umar bahwa Abdurrahman bin Auf sebagai penentu.

Ketika batas waktu yang diamanatkan oleh Umar berlalu dan ketika waktu shalat subuh telah tiba datanglah Abdurrahman bin Auf sesudah semalaman ia berkeliling untuk memantau pendapat masyarakat. Ia pun pergi ke masjid, dimana semua sahabatnya telah berkumpul disana dan begitu juga para oposan dari kaum Muhajjirin, para pendahulu yang masuk Islam, dan para tokoh terkemuka dari kaum Anshar serta para komandan tentara. Ketika masjid telah dipadati oleh para jamaah, berdirilah Abdurrahman, seraya berkata: ” Wahai kaum muslimin! Sesungguhnya masyarakat luas menyukai agar penduduk kota bergabung dengan sesama mereka dan mereka telah mengetahui pemimpinya.”

Akhirnya banyak dari kaum muslimin yang berada dimasjid pada saat itu bersilang pendapat yang membuat suasana menjadi ramai, kalau tidak segera ditenagkan mereka sakan menjadikan Madinah ajang kerusuhan dan bahaya yang lebih luas. Kebanyakan orang hanya menjadi budak nafsu dan mengejar kepentingan sendiri. Demi memperjuangkan semua itu mereka mau mengorbankan keamanan dan keelamatan negara. Tetapi sikap ragu dalam pengangkatan khalifah itu tidak akan dapat mencegah bahaya dan tidak akan menghindarkan kaum muslimin dari kekacauan, malah akan makin memperkuat timbulnya fitnah itu. Akhirnya cepat-cepat Abdurrahman bin Auf angkat bicara untuk menenangkan mereka seraya memegang tangan Ali dan berkata berkata: ’ Bersediakah anda saya baiat untuk tetap berpegang pada kitabullah dan sunnah rasulullah serta teladan kedua orang penggantinaya? ’ Ali menjawab ;’ Saya berharap dapat berbuat dan bekerja sesuai dengan apa yang saya ketahui dan menurut kemampuan saya.’ Tangan Ali dilepaskan lalu ia memanggil Utsman dan memegang tangannya seraya berkata;’ bersediakah anda saya baiat untuk tetap berpegang pada kitabullah dan sunnah rasulullah serta teladan kedua orang penggantinaya?’ Utsman menjawab ; ” Ya, demi Allah! Abdurrahman mengangkat mukanya ke langit- langit mesjid dan sambil memegang tangan Utsman ia berkata tiga kali ; ’ Dengarkanlah dan saksikanlah dilanjutkan dengan katanya: ’ Saya sudah melepaskan beban yang dipikulkan dibahu saya dan saya letakkan di bahu Utsman !’ setelah itu ia membaiat Utsman, orang-orang didalam masjid pun beramai-ramai membaiat Utsman.


Perluasan Islam dimasa Utsman bin Affan

Masa pemerintahan khallifah Utsman tidak terputus dengan rangkaian penaklukan yang dilakukan kaum Muslimin pada masa pemerintahan khalifah Umar. Ketika itu Armenia, Afrika, dan Cyprus telah dikuasai. Kaum muslimin terus memperkokoh kekuatan di Persia yang telah takluk ditangan mereka sebelumnya. Perluasan itu meliputi bagian pesisir pantai atau kelautan, karena pada saat itu kaum muslimin telah memiliki armada laut.

Pada pemerintahan Utsman negri Tabaristan berhasil ditaklukan oleh Sa`id bin Ash. Dikatakan , bahwa tentara Islam dalam penaklukan ini telah meyertakan Al-Hasan dan Al-Husain, kedua putra Ali, begitu pula Abdullah bin Al-Abbas, `Amr bin Ash, dan zubair bin Awwam. Pada masa pemerintahan usman pun kaum muslimin berhasil memaksa raja Jurjun untuk memohon berdamai dari Sa`ad bin Ash dan untk ini ia bersedia menyerahkan upeti senilai 200.000 dirham setiap tahun kepadanya. 

Termasuk juga menumpas pendurhakaan dan pemberontakan yang terjadi dibeberapa negri yang telah masuk kebawah kekuasaan Islam dizaman Umar. Pendurhakaaan itu ditimbulkan oleh pendukung- pendukung pemerintah yang lama atau dengan kata lain pemerintahan sebelum daerah itu berada dalam kekuasaan Islam, mereka hendak mengembalikan kekuasaannya. Daerah tersebut antara lain adalah Khurasan dan Iskandariah.

Pada tahu 25 H. Penguasa di Iskandariyah mengingkari perjanjiaan dengan Islam, karena mereka dihasut oleh bangsa Romawi yang menjanjikan mereka bermacam-macam janji yang muluk-muluk. Maka Utsman memerintahkan gubernur Amru bin Ash yang ketika itu menjabat sebagi penguasa di Mesir untuk memerangi Iskandariyah, sehingga Akhirnya penguasanya mengutus dutanya untuk membuat perjanjain dan kembali tunduk kepada kerajaan Islam di Madinah.

Pada tahun 31H penduduk Khurasan mendurhaka sehingga Utsman mengirim Abdullah bin Amir, gubernur Basrah, bersama sejumlah besar tentara untuk menaklukkan kembali mereka. Terjadilah perang antara tentara Islam dengan penduduk Merw, Naisabur, Nama, Hirang, Fusang, Bigdis, Merw As-Syahijan, dan lain-lain dari penduduk wilayah Khurasan. Dalam perang ini kaum muslimin berhasil menaklukan kembali wilayah Khurasan. Secara singkat daerah-daerah selain dari dua ini yang telah dikuasai pada masa Utsman adalah: Azerbaijan, Arminiyah, Sabur, Afrika Selatan, Undulus ( Spain), Cyprus, Persia, dan Tabristan. Menurut para ahli sejarah mereka berpendapat bahwa zaman pemerintahan khalifah Utsman bin Affan sebagai Zaman keemasan dimana tentara Islam mendapat kemenagan yang luar biasa, satu demi satu, dan mereka dapat mengusai banyak dari negri-negri yang dahulunya berada dibawah kekuasaan Romawi Persia dan juga Turki. Secara singkat umat Islam pada saat itu telah sampai pada puncak kekuasaan dan kekuatan dibidang kemiliteran, yang tidak diraih oleh zaman-zaman sesudahnya.


Usaha penyeragaman dalam bacaan al-Qur’an

Jika jasa Abu Bakar menegenai Qur’an ketika ia mengumpulkannya atas usulan Umar, kerena di hawatirkan akan banyak hilang setelah para sahabat yang hafal Qur’an banyak yang gugur syahid dalam peperangan dengan kaum murtad dan kaum Musyrikin, sebab kalau tidak Qur’an di hawatirkan akan hilang.Maka Utsman membuat langkah penting mengenai qira’at (pembacaan) Qur’an. Setelah Islam tersebar luas, ternyata banyak orang yang membaca Qur’an dengan lafaz yang beragam, dan di sana sini sering terjadi perdebatan sekitar qir’at mana yang lebih tepat. Sampai pernah terjadi pula perselisihan bacaan antara para guru Al-Qur’an dan anak-anak murid mereka, yang ketika setelah belajar di sekolah mereka , mereka lalu membacakannya semula di rumah, dan ternyata apa yang di dengar orang tua mereka lain lain dai apa yang di dengarkannya dari pada guru-gurunya.Saat itulah, setelah bermusyawarah dengan para ahli Utsman kemudian mengambil langkah menyeragamkan baca’an Qur’an. Langkah inilah yang menghasilkan Mushaf Usman dan yang di pakai orang seluruh dunia sampai sekarang. Itulah tindakannya yang sangat berarti di masa perintahannya.

Bukan karena keimanan Utsman yang sungguh-sungguh itu saja yang mendorongnya mengumpulkan orang untuk menyeragamkan bacaan Qur’an, dan membakar mushaf-mushaf yang lain selain Mushaf Utsman., karena hal ini menjadi lebih penting lagi ketika Huzaifah bin al-Yaman bersama pasukan Muslimin yang lain terlibat perang di Armenia dan di Ajerbaijan, pada tahun kedua atau ketiga kekhalifahan Utsman. Dalam perang tersebut banyak orang Syam yang membaca menurut bacaan Miqdad bin Aswad dan Abu ad-Darda’,jemaah Irak membacanya menurut bacaan Ibn Mas’ud dan Abu Musa al-Asy’ari. Yang lain, orang-orang yang baru masuk Islam lebih menyukai bacaan dari pada bacaan... Dalam mengutamakan pilihan bacaan itu sebagian mereka ada yang sudah melampaui batas sehingga timbul perselisihan yang membuat mereka bercerai-berai, dan semakin lama semakin menjadi-jadi, sehingga yang seorang berkat kepada yang lain: Bacaan saya lebih baik dari pada bacanmu. Perselisihan itu sudah mencapai puncaknya, dan hampir terjadi keribitan. Mereka berselisih dan saling menuduh, saling melaknat, yang satu mengafirkan dan yang lain menganggap diri benar.


Mushaf Usman

Selama pemerintahan Utsman bin Affan umat Islam sibuk melibatkan diri di medan jihad yang membwa Islam ke utara sampai ke Azerbaijan dan Armenia. Berangkat dari suku kabilah dan propinsi yang berbeda- beda, sejak awal para pasukan tempur memiliki dialek yang berlainan dari nabi Muhammad, di luar kemestian, rasul telah mengajarkan kepada mereka bacaan Al-Qur’an dalam dialek masing-masing, karena di rasa sulit untuk meninggalakan dialeknya secara spontan. Sebagai akibat adanya perbedaan dalam menyebut huruf Al-Qur’an muali menampakan kerancuan dan perselisiahan dalam masyarakat.

Terdapat dua riwayat tentang bagaimana Ustman melakukan jam’ul Qur’an. Yang pertama: Utsman memutuskan berupaya dengan sungguh-sungguh untuk melacak suhuf dari Hafsah istri rasul, kemudian Utsman mengirim surat kepada Hafsah yang menyatakan.”Kirimkanlah suhuf kepada kami agar kami dapat membuat naskah yang sempurna dan kemudian suhuf tersebut akan kami kembalikan kepada anda.,” Hafsah lalu mengirimkannya kepada Utsman, yang memerintahkan Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Ash, dan Aburrahman bi Haris bin Hisyam agar memperbanyak salinan naskah. Beliau memberitahukan kepada tiga orang Quraisyi”, kalau kalian tidak setuju dengan Zaid bin Tsabit perihal apa saja mengenai Al-Qur’an, tulislah dalam dialek Quraisy sebagaimana Al-Qur’an telah di turunkan dalam logat mereka.” kemudian mereka melakukan hal ini dan ketika mereka selesai membuat salinan tersebut Utsman mengembalikan suhuf itu kepada Hafsah.

Riwayat Kedua: Utsman membuat naskah Mushaf tersendiri, Utsman memerintahkan dua belas orang untuk menangani hal ini mereka adalah : Said bin Ash bin Said, Nafi bin Zubair bin Amr bin Naufal, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin Zubair, Abdurrahman bin Hisyam, Kathir bin Aflah, Anas bin Malik, Abdullah bin Abbas, Malik bin Abi Amir, Abdullah bin Umar, dan Abdullah bin Amr bin Ash. Dalam ceramahnya Ustman mengatakan,”Orang-orang telah berbeda dengan bacaan mereka, dan saya menganjurkan kepada siapa saja yang memiliki ayat-ayat ayng di tulis di hadapan nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam hendaklah di serahkan kepadaku.,” maka orang-orangpun menyerahkan ayat-ayatnya, yang di tulis di atas kertas kulit dan tulang serta daun-daun, dan siapa saja yang menyumbang memperbanyak kertas naskah, mula-mula akan di tanya oleh Ustman,”Apakah kamu belajar ayat-ayat ini (seperti di bacakan ) langsung dari nabi sendiri? Semua penyumbang menjawab di sertai sumpah, dan semua bahan yang di kumpulakn telah di beri tanda atau nama satu persatu yang ekmudian di serahkan kepada Zaid bi Tsabit. Salah seorang dari mereka yang menulis mushaf mengatakan,” Jika ada kontropersi mengenai ayat-ayat tertentu kami akan melacak dari sumber mana dia dapatkan ayat tersebut.

Utsman memerintahkan kepada Zaid bin Sabit al-Anshari untuk menuliskan mushaf itu dan di imlakan oleh Sa’id bin As al-Umawi, dengan di saksikan oleh abdullah bin Umar dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam al-Makhzumi. Kepada mereka jika ada yang mereka perselisihkan supaya di tulis dengan logat Mudar. Sesudah penulisan itu didasarkan pada satu macam bacaan, Usman memerintahkan untuk menuliskan satu mushaf untuk Syam, satu untuk Mesir, satu untuk Bashrah, satu untuk Kuffah, satu untuk Makkah dan satu lagi untuk Yaman. Satu mushaf di tinggalkan di Madinah. Umat sudah merasa puas dengan semua mushaf ini, dan orang menamakannya mushaf Utsman, sebab di tulis atas dasar perintah Utsman, kendati tidak di tulis dengan tangannya sendiri.

Sesudah mushaf-mushaf itu di kirimkan ke kota-kota tadidan khalifah mewajibkan supaya bacaan itu yang di pakai, dan ia memerintahkan mushaf-mushaf lain dikumpulkan dan di bakar.

Atas tindakan Utsma itu banyak orang yang marah. Imam As-Suyuti dalam tarikh Al-Khulafa menyebutkan indikasi kebencian-kebencian tersebut dari beberapa kabilah yang menjadi basis dukungan dan asal kelahiran sahabat-sahabat terkenal seperti Abdullah bin Mas’ud, Ammar bin Yasir, dan Abu dzar Al-Ghifari[35]. Mereka mengecam Utsman kerena mengerjakan pekerjaan yang tidak dilakukan oleh Abu Bakar dan Umar. Mengenai Ibn Mas’ud ada disebutkan bahwa ia merasa tersinggung sekali kerena mushaf yang di ambil dari dia itu di bakar.

Usman menulis surat kepadanya dengan mengajaknya mengikuti sahabat-sahabat yang lain yang sudah sama-sama menyetujui demi kebaikan bersama dan menghindari perselisihan.

Tidak perlu diragukan apa yang sudah di lakukan Utsman supaya bacaan Qur’an seragam, merupakan kebijakan yang luar biasa. Dengan ini qur’an tetap terjaga kemurniannya sebagaimana di wahyukan Allah kepada Rsulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tepat sekali apa yang di katakan oleh Ali bin Abi Thalib:``Orang yang paling berjasa dalam pengumpulan Qur’an adalah Abu Bakar. Semoga Allah memberi rahmat kepadanya. Betapapun demikian jasa Utsman tidak kurang dari jasa Abu Bakar dengan langkahnya ia mengoreksi adanya perbedaan (dalam ragam bacaan) dan menghindari perselisihan. Juga tidak mengurangi jasanya sekalipun orang berbeda pendapat dan sebagian menyalahkannya, karena ia telah membakar semua mushaf selain mushafnya sendiri, sebab jika tidak segera bertindak demikian, maka akan selalu ada pertentangan dan perselisihan hingga bencanapun tak dapat di hindarkan.

Ketika di tanya tentang pembakaran mushaf-mushaf itu Ali bin abi Thalib menjawab:``kalau dia tidak melakukan itu maka saya yang akan melakukannya.”Sungguhpun demikian orang masih saja melampai batas dalam mengecam Utsman karena memerintahkan pembakaran mushaf-mushaf itu. Di depan orang banyak Ali berkata: ``Saudara-saudara, janganlah kalian berlebihan dalam mengatakan Utsman telah membakar mushaf. Dia membakarnya itu sepengetahuan sahabat-sahabat Muhammad shallallahu alihi wasallam. Kalau saya di baiat seperti dia, niscaya akan saya lakukan seperti apa yang di kerjakannya itu,”

Fitnah dan Terbunuhnya Kahlifah Usman
Penyebab timbulnya fitnah

Pembahasan mengenai sebab-sebab timbulnya fitnah sebagaimana di kemukakan dalam buku-buku sejarah dari berbagai sumber-tanpa melihat benar atau setidaknya- tak dapat mejelaskan dinamika peristiwa-peristiwa yang terjadi, atau menjelaskan sebab-sebab esensial di balik fitnah. Berikut ini di kemukakan secara garis besar sebab-sebab munculnya fitnah.

Pada masa Utsman ada orang-orang yang murka kepadanya. Karena Utsman suka memperhatikan dan mengontrol mereka, baik sahabat atau bukan sahabat. Utsman meminta pertanggung jawaban atas pekerjaan mereka dan menanyai mereka mengenai masalah tersebut. Orang-orang yang tidak suka kepada Utsman ada juga dari kalangan borjuis. Sebab, pada masa Utsman aneka bentuk hura-hura telah menjalar. Lalu Utsman mengasingankan mereka ke luar Madinah dan terputus sama sekali dengan kehidupan Madinah, sehingga membuat mereka murka kepadanya.

Berbeda dengan mereka, ada juga orang-orang yang tidak senang kepda Utsman dari orang-orang juhud dan wara` yang melihat harta dan kekayaan sudah memperdaya kaum muslimin, akibat penaklukan-penaklukan perang, sehingga melupakan mereka dari akhirat, selain itu melimpahnya harta rampasan perang juga telah melahirkan kecenderungan hidup bersenang-senang bukan hanya di kalangan prajurit yang baru memeluk islam, tetapi juga di kalangan sebagian sahabat-sahabat nabi yang pada umumnya diberi jabatan terhormat dalam dinas kemiliteran

Di antara mereka juga ada pegawai-pegawai yang di berhentikan dari jabatannya seperti `Amru bin Ash, sehingga tersingung pada Utsman. Begitu juga kebencian mulai tersebar kesejumlah orang yang cemburu pada bani Umayyah yang mendapatkan posisi bagus, sehingga mereka itu dendam pada Utsman karena menggunakan kaum kerabatnya.

Selain kebijakan politik, kebijakan keagamaan dan ijtihad Khalifah dalam beberapa kasus hukum ibadah juga menimbulkan reaksi negatif yang keras. Ath Thabari mengutup riwayai Al-Waqidy yang bersumber dari ibn Abbas.

Sesungguhnya pertama kali munculnya pembicaraan orang tentang Ustman secara terang-terangan bahwa selama masa kepemimpinannya ia melakukan shalat secara lengkap (tidak qasar) di Mina, (saat ibadah haji), (perkataan Ibn Abbas ini merujuk kepada cara shalat di waktu safar seperti haji.Rasulullah menetapkan bahwa orang yang bepergian melakukan shalat dengan cara di qasar, yaitu meringkas jumlah rakaat shalat dari empat menjadi dua-dua) mendahulukan khutbah sebelum shalat ied, , mengizinkan orang membayar zakat sendiri-sendiri, memberikan sebagian tanah sitaan (negara) kepada shahabat dekatnya, mempersatuka umat Islam dengan satu mushaf al-Qur’an, menentukan kawasan lahan terlindung, menghadiahkan pemberian dari bait al-mal kepada keluarga dekatnya.

Inilah ringkasan mengenai sebab-sebab timbulnya fitnah (kekisruhan) seperti di kemukakan literatur-liratur sejarah. Namun pertanyaan yang muncul ialah, apakah hal-hal di atas dirasa cukup menjadi pemicu timbulnya fitnah yang sangat ironis itu? Tentu saja tidak. Karena sesungguhnya apa yang terjadi pada Utsman, juga bisa terjadi pada orang lain, seperti Umar bin Khatab misalnya, padahal tidak semua orang setuju dengan Umar karena ia bersikap lebih keras kepada mereka dengan apa yang dilakukan Utsman.


Terbunuhnya kahlifah Usman

Semua faktor antagonisme yang berakumulasi dalam rentan waktu yang cukup lama.kemudian mengkristal menjadi pembangkangan terhadap kahlifah dan para pejabatnya. Dimulai dengan membangun jaringan oposisi yang bersifat kritis terhadap kebijakan-kebijakan kahlifah yang di pandang nepotis dan boros dalam penggunaan uang nergara, sampai akhirnya jadi gerakan pressure group yang menuntut paksa aga khalifah Utsman bersedia meletaka jabatannya. Beberapa kali delegasi kaum penentang datang menemui khalifah untuk menyampaikan aspirasi politilk mereka.tettapi tampaknya tidak ada perubahan kebijakan yang dapat memuaskan hati mereka, sehingga bertambah tahun kecaman mereka semakin meningkat.

Tahun 35 H. Merupakan puncak kematangan rencana kaum penentang untuk memaksa khalifah mundur dari jabatnnya atau memecat pejabat yang berasal dari sukunya kemudian mengubah kebijakan pendistribusian kekayaan negara lebih berpihak kepada masyarakat luas miskin.Yang pada dasarnya ini hanyalah taktik mereka untuk menjatuhkan Utsman, adapun mengenai pemberian kepada mereka (pejabat pemerintahan dalam hal ini lebih banyak dari keluarganya), Utsman memberi dari hartanya sendiri, bukan menggunakan harta kaum muslimin untuk kepentingan saya atau kepentingan siapapun. Utsman telah memberikan tunjangan yang menyenangkan dalam jumlah besar dari pangkal hartanya sendiri sejak masa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,masa Abu Bakar dan masa Umar_semoga Allah meridhoinya.

Setelah terjadi beberapa insiden yang benar-benar mengancam keselamatn jiwa khalifah karena keberingasan para pendemonstran, maka dengan bantuan Ali, Kalifah Utsman berhasil meyakinkan mereka bahwa beliau bersedia mengabulkan tuntunan mereka selain mengundurkan diri. Yaitu merubah kebijakan serta mengadakan penggantian para pejabat yang tidak di sukai rakyat, termasuk mengganti gubernur Mesir, Abdullah bin Sa’an bin Abi Sarah,oleh Muhammad bin Abu Bakar. Keputusan itu untuk sementara memberikan rasa lega kepada rombongan penentang dia memberi optimisme pulihnya kedamaian. Karena itu pula mereka bersedia membubarkan diri untuk kemudian pulang ke negri asal mereka. Tetapi sejarah berbicara lain,selang beberapa hari rombongan demonstran dari Mesir meninggalkan Madinah, mereka kembali lagi dengan membawa kemarahan yang meluap-luap. Kini di tangan mereka ada sebuah surat rahasia yang di rampas dari seorang budak Utsman yang sedang berlari kencang menuju Mesir.. isi surat yang bersetempelkan Khalifah Utsman memerintahkan kepada Gubernur Mesir agar menangkap dan membunuh para pemberontak yang dipimpim Muhammad bin Abi Bakar. Ali bin Abi Thalib mencoba mengklarifikasi surat itu kepada Utsman. Dengan bersumpah atas nama Allah Utsman menolak telah menulis maupun mengirim surat tersebut. Beliau bahkan menantang agar di bawakan bukti dan dua orang saksi atas tuduhan penulisan surat itu. Kini Utsman di hadapkan kepada dua tuntutan dari para demonstran : segera mengundurkan diri atau menyerahkan Marwan bin al Hakam, sekretaris Khalifah yang juga keponakan kepada mereka untuk diminta pertanggung jawabannya tentang surat itu. namun Ustman bersikukuh pada pendiriannya tidak akan mengundurkan diri dan tidak menyerahkan Marwan kepada mereka. Setelah tiga hari tiga malam ultimatum para perusuh tidak di gubris oleh Utsman, beberapa penjaga berhasil menerobos barisan penjaga gedung Utsman dari atap rumah bagian samping lalu membunuh Utsman yang ketika itu sedang membaca Al-Qur’an.

Terbunuhnya Khalifah Ustman di tangan para demonstran menyisakan banyak teka-teki sejarah yang tak kunjung terjawab secara memuaskan. Terutama mengenai surat rahasia itu, siapa sebenarnya yang paling mungkin menulisnya? Demikian juga mengenai orang yang paling bertanggung jawab sebagai eksekutor dalam pembunuhan Utsman, sehingga lebih pantas untuk di Qishas kepadanya? Kemudian, mungkinkah ada aktor intelektual yang bekerja secara sistematis di belakang layar dari jaringan gerakan pembangkangan terhadap Khalifah Utsman itu, sebagaimana di sebut-sebut adanya tokoh misterius Abdullah bin Saba, seorang Yahudi yang kemudian berpura-pura mauk Islam dan kemudia membawa paham-paham aneh ke tubuh Umat?

Ketidak pastian jawaban terhadap persoalan-persoalan di atas tidak lah kecil artinya dalam menambah keruhnya situasi politik di sepanjang masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib yang di baiat menggantikan Utsman.

Khulafa ar-Rasyidun yang ketiga Utsman bin Affan memiliki ciri khusus mulai dari kepribadian yang dikenal orang sebagai seorang yang penmalu tapi bukan berarti lemah namun tetap semangat terbukti dengan beberapa prestasi yang dikhususkan dari kahalifah sebelumnya maupun sesudahnya, antara lain telihat dari keberaniaan dalam menjadikan stsandarisasi bacaan Al Qur`an. Dan tetap melanjutkan perluasan daerah keberbagai tempat yang sebelumnya dikuasai oleh kekuasaan besar yaitu Romawi dan Persia.

Namun semua kebaikan yang dilakukan terkadang masih disalah artikan oleh beberapa kalangan, hal ini tak terlepas dari perseteruan politik dari pihak yang sejak awal pengangkatan khalifah Utsman menginginkan Ali yang seharusnya layak menggantikan Umar. Masih menjadi tanda tanya siapa gerangan dibalik semua makar besar yang berakhir dengan pembunuhan Utsman, banyak kalangan ahli sejarah mengatakan seorang yang dahulunya beragama Yahudi bernama Abdullah bin Saba` yang berada dibalik semua ini. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar bahwa ’Cerita-cerita tentang Abdullah bin Saba` terkenal didalam buku-buku sejarah’. Sedankan al-Syututhi dalam ceritanya tentang penolakan penduduk Mesir terhadap Abdullah bin Saba` pada awalnya mengatakan’ lalu banyak orang dari pendudduk Mesir tergoda olehnya, dan itu adalah permulaan pengerahan masa terhadap Utsman’.

Sejarah Utsman bin Affan sangat banyak meninggalkan tanda tanya, yang dikemudian hari pada pemerintahan khalifah setelahnya menjadi sumber dari fitnah diantara sahabat-sahabat senior. Pelajaran ini sangat berharga mengingat perpecahan dalam tubuh umat islam generasi awal tidak lepas dari propaganda-propaganda yang tidak menginginkan uamt Islam tetap dalam kejayaan.wallahu `Alam bishawab.

Minggu, 03 Februari 2013

Umar Bin Khattab Radhiallahu a'nhu (Biografi)

Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin Khattab (581 - November 644) (bahasa Arab:عمر ابن الخطاب) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad S.A.W. yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644). Umar juga merupakan satu di antara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk (Khulafaur Rasyidin).

Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Nabi Muhammad S.A.W. yaituAl-Faruk yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.

Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.

Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati oleh penduduk Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh kaum jahiliyah Mekkah saat itu, Umar juga mengubur putrinya hidup-hidup sebagai bagian dari pelaksanaan adat Mekkah yang masih barbar. Setelah memeluk Islam di bawah Nabi Muhammad S.A.W., Umar dikabarkan menyesali perbuatannya dan menyadari kebodohannya saat itu sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadits "Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir janggutku".

Umar juga dikenal sebagai seorang peminum berat, beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam, Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas.

Memeluk Islam

Ketika Nabi Muhammad S.A.W. menyebarkan Islam secara terbuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa kaum Muslim saat itu mengakui bahwa Umar adalah lawan yang paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang memang sudah mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai ahli strategi perang dan seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui. Umar juga dicatat sebagai orang yang paling banyak dan paling sering menggunakan kekuatannya untuk menyiksa pengikut Nabi Muhammad S.A.W.

Pada puncak kebenciannya terhadap ajaran Nabi Muhammad S.A.W., Umar memutuskan untuk mencoba membunuh Nabi Muhammad S.A.W., namun saat dalam perjalanannya ia bertemu dengan salah seorang pengikut Nabi Muhammad S.A.W. bernama Nu'aim bin Abdullah yang kemudian memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W. yang ingin dibunuhnya saat itu. Karena berita itu, Umar terkejut dan pulang ke rumahnya dengan dengan maksud untuk menghukum adiknya, diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu sedang membaca Al Qur'an (surat Thoha ayat 1-8), ia semakin marah akan hal tersebut dan memukul saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat, diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh apa yang ia baca tersebut, beberapa waktu setelah kejadian itu Umar menyatakan memeluk Islam, tentu saja hal yang selama ini selalu membelanyani membuat hampir seisi Mekkah terkejut karena seseorang yang terkenal paling keras menentang dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut Nabi Muhammad S.A.W. kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya tersebut, akibatnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia menjadi kurang atau tidak dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama ini diketahui selalu membelanya.
film seri umar bin khattab 30 episode http://omar.collectionfree.com/

Kehidupan di Madinah

Pada tahun 622 M, Umar ikut bersama Nabi Muhammad S.A.W. dan pemeluk Islam lain berhijrah (migrasi) (ke Yatsrib (sekarang Madinah) . Ia juga terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Nabi Muhammad S.A.W. Ia dianggap sebagai seorang yang paling disegani oleh kaum Muslim pada masa itu karena selain reputasinya yang memang terkenal sejak masa pra-Islam, juga karena ia dikenal sebagai orang terdepan yang selalu membela Nabi Muhammad S.A.W. dan ajaran Islam pada setiap kesempatan yang ada bahkan ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama mereka ia ikut menyiksa para pengikutnya Nabi Muhammad S.A.W.

Sepeninggal Nabi Muhammad SAW

Pada saat kabar wafatnya Nabi Muhammad S.A.W. pada 8 Juni 632 M (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah) di Madinah sampai kepada umat Muslim secara keseluruhan, Umar dikabarkan sebagai salah seorang yang paling terguncang atas peristiwa itu, ia menghambat siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Akibat syok yang ia terima, Umar berkeras bahwa Nabi Muhammad S.A.W. tidaklah wafat melainkan hanya sedang tidak sadarkan diri, dan akan kembali sewaktu-waktu.

Abu Bakar yang mendengar kabar bergegas kembali dari Madinah, Ia menjumpai Umar sedang menahan Muslim yang lain dan lantas mengatakan ( :"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Nabi Muhammad S.A.W., Nabi Muhammad S.A.W. sudah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati.")

Abu Bakar mengingatkan kepada para pemeluk Islam yang sedang terguncang, termasuk Umar saat itu, bahwa Nabi Muhammad S.A.W., seperti halnya mereka, adalah seorang manusia biasa, Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an dan mencoba untuk mengingatkan mereka kembali kepada ajaran yang diajarkan Nabi Muhammad S.A.W. yaitu kefanaan makhluk yang diciptakan. Setelah peristiwa itu Umar menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan. Subkhanallah.

Dimasa Khalifah Abu Bakar Asshidiq

Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya. Setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah kedua dalam sejarah Islam.

Menjadi Khalifah

Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.

Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukanPersia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.

Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.

Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawidi Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.

Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.

Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.

Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak yang fanatik pada saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam setelah Persiaditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah wafat, jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.

Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu :
  1. Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
  2. Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
  3. Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain Allah.
  4. Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
  5. Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
  6. Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.
Testimoni Rasulullah Terhadap Umar
Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada satu pun malaikat di langit yang tidak menghormati Umar, dan tidak ada satu pun setan di atas bumi yang tidak takut kepada Umar (sejak dia masuk Islam).”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dari Ibnu Abbas)

Beliau saw juga bersabda, “Sesungguhnya Allah menempatkan kebenaran di lidah dan hati Umar.”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abu Dzar)

Dalam sabda yang lain disebutkan, “Andaikata setelah aku ada nabi, pastilah dia adalah Umar.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Al-Hakim dari Uqbah bin Amir)


Nasihat-Nasihat Umar bin Khattab

1. Orang yang banyak mengingat mati akan rela dengan sedikit rezeki dari dunia. (DalamAdab Ad-Dunya wa Ad-Din, Imam Al-Mawardi)
2. Orang yang paling berakal adalah yang rajin mengintrospeksi diri sendiri. (DalamMutiara Hikmah Kekasih Rasul, Hani Al-Hajj)
3. Kalian jangan sampai tertipu oleh puasa dan shalat seseorang, tetapi perhatikanlah kejujuran, keamanahan, dan sifat wara’-nya. (Dalam Mutiara Hikmah Kekasih Rasul, Hani Al-Hajj)
4. Bersikap simpatik terhadap orang lain adalah bagian dari kecerdasan akal, bertanya dengan cara yang baik adalah bagian dari ilmu, dan kepandaian me-manage adalah bagian dari penghidupan. (Dalam Nasha’ih al-‘Ibad, An-Nawawi Al-Bantani)
5. Nilai seseorang dilihat dari agamanya. Fondasinya adalah akal, dan wibawanya terletak pada akhlaknya. (Dalam Mutiara Hikmah Kekasih Rasul, Hani Al-Hajj)

Selasa, 29 Januari 2013

Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu’anhu (Biografi)


Nama
Nama beliau -menurut pendapat yang shahih- adalah Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taiym bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay Al Qurasyi At Taimi.
Kun-yah
Beliau memiliki kun-yah: Abu Bakar
Laqb (Julukan)
Beliau dijuluki dengan ‘Atiq (عتيق) dan Ash Shiddiq (الصدِّيق).
Sebagian ulama berpendapat bahwa alasan beliau dijuluki ‘Atiq karena beliau tampan. Sebagian mengatakan karena beliau berwajah cerah. Pendapat lain mengatakan karena beliau selalu terdepan dalam kebaikan. Sebagian juga mengatakan bahwa ibu beliau awalnya tidak kunjung hamil, ketika ia hamil maka ibunya berdoa,
اللهم إن هذا عتيقك من الموت ، فهبه لي
Ya Allah, jika anak ini engkau bebaskan dari maut, maka hadiahkanlah kepadaku
Dan ada beberapa pendapat lain.
Sedangkan julukan Ash Shiddiq didapatkan karena beliau membenarkan kabar dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dengan kepercayaan yang sangat tinggi. Sebagaimana ketika pagi hari setelah malam Isra Mi’raj, orang-orang kafir berkata kepadanya: ‘Teman kamu itu (Muhammad) mengaku-ngaku telah pergi ke Baitul Maqdis dalam semalam’. Beliau menjawab:
 إن كان قال فقد صدق
Jika ia berkata demikian, maka itu benar
Allah Ta’ala pun menyebut beliau sebagai Ash Shiddiq:
وَالَّذِي جَاء بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (QS. Az Zumar: 33)
Tafsiran para ulama tentang ayat ini, yang dimaksud ‘orang yang datang membawa kebenaran’ (جَاء بِالصِّدْقِ) adalah Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam dan yang dimaksud ‘orang yang membenarkannya’ (صَدَّقَ بِهِ) adalah Abu Bakar Radhiallahu’anhu.
Beliau juga dijuluki Ash Shiddiq karena beliau adalah lelaki pertama yang membenarkan dan beriman kepada Nabi Muhammad  Shallallahu’alaihi Wasallam. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam telah menamai beliau dengan Ash Shiddiq sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari:
عن أنس بن مالك رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم صعد أُحداً وأبو بكر وعمر وعثمان ، فرجف بهم فقال : اثبت أُحد ، فإنما عليك نبي وصديق وشهيدان
“Dari Anas bin Malik Radhiallahu’anhu bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menaiki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan ‘Utsman. Gunung Uhud pun berguncang. Nabi lalu bersabda: ‘Diamlah Uhud, di atasmu ada Nabi, Ash Shiddiq (yaitu Abu Bakr) dan dua orang Syuhada’ (‘Umar dan ‘Utsman)
Kelahiran
Beliau dilahirkan 2 tahun 6 bulan setelah tahun gajah.
Ciri Fisik
Beliau berkulit putih, bertubuh kurus, berambut lebat, tampak kurus wajahnya, dahinya muncul, dan ia sering memakai hinaa dan katm.
Jasa-jasa
  • Jasanya yang paling besar adalah masuknya ia ke dalam Islam paling pertama.
  • Hijrahnya beliau bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
  • Ketegaran beliau ketika hari wafatnya Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
  • Sebelum terjadi hijrah, beliau telah membebaskan 70 orang yang disiksa orang kafir karena alasan bertauhid kepada Allah. Di antara mereka adalah Bilal bin Rabbaah, ‘Amir bin Fahirah, Zunairah, Al Hindiyyah dan anaknya, budaknya Bani Mu’ammal, Ummu ‘Ubais
  • Salah satu jasanya yang terbesar ialah ketika menjadi khalifah beliau memerangi orang-orang murtad
Abu Bakar adalah lelaki yang lemah lembut, namun dalam hal memerangi orang yang murtad, beliau memiliki pendirian yang kokoh. Bahkan lebih tegas dan keras daripada Umar bin Khattab yang terkenal akan keras dan tegasnya beliau dalam pembelaan terhadap Allah. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits Abu Hurairah Radhiallahu’anhu:
لما توفى النبي صلى الله عليه وسلم واستُخلف أبو بكر وكفر من كفر من العرب قال عمر : يا أبا بكر كيف تقاتل الناس وقد قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أمِرت أن أقاتل الناس حتى يقولوا لا إله إلا الله ، فمن قال لا إله إلا الله عصم مني ماله ونفسه إلا بحقه وحسابه على الله ؟ قال أبو بكر : والله لأقاتلن من فرق بين الصلاة والزكاة ، فإن الزكاة حق المال ، والله لو منعوني عناقا كانوا يؤدونها إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم لقاتلتهم على منعها . قال عمر : فو الله ما هو إلا أن رأيت أن قد شرح الله صدر أبي بكر للقتال فعرفت أنه الحق
Ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam wafat, dan Abu Bakar menggantikannya, banyak orang yang kafir dari bangsa Arab. Umar berkata: ‘Wahai Abu Bakar, bisa-bisanya engkau memerangi manusia padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan Laa ilaaha illallah, barangsiapa yang mengucapkannya telah haram darah dan jiwanya, kecuali dengan hak (jalan yang benar). Adapun hisabnya diserahkan kepada Allah?’ Abu Bakar berkata: ‘Demi Allah akan kuperangi orang yang membedakan antara shalat dengan zakat. Karena zakat adalah hak Allah atas harta. Demi Allah jika ada orang yang enggan membayar zakat di masaku, padahal mereka menunaikannya di masa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, akan ku perangi dia’. Umar berkata: ‘Demi Allah, setelah itu tidaklah aku melihat kecuali Allah telah melapangkan dadanya untuk memerangi orang-orang tersebut, dan aku yakin ia di atas kebenaran‘”
Begitu tegas dan kerasnya sikap beliau sampai-sampai para ulama berkata:
نصر الله الإسلام بأبي بكر يوم الردّة ، وبأحمد يوم الفتنة
“Allah menolong Islam melalui Abu Bakar di hari ketika banyak orang murtad, dan melalui Ahmad (bin Hambal) di hari ketika terjadi fitnah (khalqul Qur’an)”
Abu Bakar pun memerangi orang-orang yang murtad dan orang-orang yang enggan membayar zakat ketika itu
  • Musailamah Al Kadzab dibunuh di masa pemerintahan beliau
  • Beliau mengerahkan pasukan untuk menaklukan Syam, sebagaimana keinginan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Dan akhirnya Syam pun di taklukan, demikian juga Iraq.
  • Di masa pemerintahan beliau, Al Qur’an dikumpulkan. Beliau memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkannya.
  • Abu Bakar adalah orang yang bijaksana. Ketika ia tidak ridha dengan dilepaskannya Khalid bin Walid, ia berkata:
والله لا أشيم سيفا سله الله على عدوه حتى يكون الله هو يشيمه
Demi Allah, aku tidak akan menghunus pedang yang Allah tujukan kepada musuhnya sampai Allah yang menghunusnya” (HR. Ahmad dan lainnya)
Ketika masa pemerintahan beliau, terjadi peperangan. Beliau pun bertekad untuk pergi sendiri memimpin perang, namun Ali bin Abi Thalib memegang tali kekangnya dan berkata: ‘Mau kemana engkau wahai khalifah? Akan kukatakan kepadamu perkataan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika perang Uhud:
شِـمْ سيفك ولا تفجعنا بنفسك . وارجع إلى المدينة ، فو الله لئن فُجعنا بك لا يكون للإسلام نظام أبدا
Simpanlah pedangmu dan janganlah bersedih atas keadaan kami. Kembalilah ke Madinah. Demi Allah, jika keadaan kami membuatmu sedih Islam tidak akan tegak selamanya‘. Lalu Abu Bakar Radhiallahu’anhu pun kembali dan mengutus pasukan.
  • Beliau juga sangat mengetahui nasab-nasab bangsa arab
Keutamaan
Tidak ada lelaki yang memiliki keutaman sebanyak keutamaan Abu Bakar Radhiallahu’anhu
1. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah manusia terbaik setelah Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam dari golongan umat beliau
Ibnu ‘Umar Radhiallahu’anhu berkata:
كنا نخيّر بين الناس في زمن النبي صلى الله عليه وسلم ، فنخيّر أبا بكر ، ثم عمر بن الخطاب ، ثم عثمان بن عفان رضي الله عنهم
Kami pernah memilih orang terbaik di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Kami pun memilih Abu Bakar, setelah itu Umar bin Khattab, lalu ‘Utsman bin Affan Radhiallahu’anhu” (HR. Bukhari)
Dari Abu Darda Radhiallahu’anhu, ia berkata:
كنت جالسا عند النبي صلى الله عليه وسلم إذ أقبل أبو بكر آخذا بطرف ثوبه حتى أبدى عن ركبته فقال النبي صلى الله عليه وسلم : أما صاحبكم فقد غامر . وقال : إني كان بيني وبين ابن الخطاب شيء ، فأسرعت إليه ثم ندمت فسألته أن يغفر لي فأبى عليّ ، فأقبلت إليك فقال : يغفر الله لك يا أبا بكر – ثلاثا – ثم إن عمر ندم فأتى منزل أبي بكر فسأل : أثَـمّ أبو بكر ؟ فقالوا : لا ، فأتى إلى النبي فجعل وجه النبي صلى الله عليه وسلم يتمعّر ، حتى أشفق أبو بكر فجثا على ركبتيه فقال : يا رسول الله والله أنا كنت أظلم – مرتين – فقال النبي صلى الله عليه وسلم : إن الله بعثني إليكم فقلتم : كذبت ، وقال أبو بكر : صَدَق ، وواساني بنفسه وماله ، فهل أنتم تاركو لي صاحبي – مرتين – فما أوذي بعدها
“Aku pernah duduk di sebelah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Tiba-tiba datanglah Abu Bakar menghadap Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sambil menjinjing ujung pakaiannya hingga terlihat lututnya. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berkata: ‘Sesungguhnya teman kalian ini sedang gundah‘. Lalu Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, antara aku dan Ibnul Khattab terjadi perselisihan, aku pun segera mendatanginya untuk meminta maaf, kumohon padanya agar memaafkan aku namun dia enggan memaafkanku, karena itu aku datang menghadapmu sekarang’. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam lalu berkata: ‘“Semoga Allah mengampunimu wahai Abu Bakar‘. Sebanyak tiga kali, tak lama setelah itu Umar menyesal atas perbuatannya, dan mendatangi rumah Abu Bakar sambil bertanya, “Apakah di dalam ada Abu Bakar?” Namun keluarganya menjawab, tidak. Umar segera mendatangi Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Sementara wajah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam terlihat memerah karena marah, hingga Abu Bakar merasa kasihan kepada Umar dan memohon sambil duduk di atas kedua lututnya, “Wahai Rasulullah Demi Allah sebenarnya akulah yang bersalah”, sebanyak dua kali. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya ketika aku diutus Allah kepada kalian, ketika itu kalian mengatakan, ”Engkau pendusta wahai Muhammad”, Sementara Abu Bakar berkata, ”Engkau benar wahai Muhammad”. Setelah itu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya. Lalu apakah kalian tidak jera menyakiti sahabatku?‘ sebanyak dua kali. Setelah itu Abu Bakar tidak pernah disakiti” (HR. Bukhari)
Beliau juga orang yang paling pertama beriman kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, menemani Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan membenarkan perkataannya. Hal ini terus berlanjut selama Rasulullah tinggal di Mekkah, walaupun banyak gangguan yang datang. Abu Bakar juga menemani Rasulullah ketika hijrah.
2. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah orang yang menemani Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam di gua ketika dikejar kaum Quraisy
Allah Ta’ala berfirman,
ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا
Salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita”” (QS. At Taubah: 40)
As Suhaili berkata: “Perhatikanlah baik-baik di sini Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam  berkata ‘janganlah kamu bersedih’ namun tidak berkata ‘janganlah kamu takut’ karena ketika itu rasa sedih Abu Bakar terhadap keselamatan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sangat mendalam sampai-sampai rasa takutnya terkalahkan”.
Dalam Shahih Bukhari dan Muslim, dari hadits Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, Abu Bakar berkata kepadanya:
نظرت إلى أقدام المشركين على رؤوسنا ونحن في الغار فقلت : يا رسول الله لو أن أحدهم نظر إلى قدميه أبصرنا تحت قدميه . فقال : يا أبا بكر ما ظنك باثنين الله ثالثهما
Ketika berada di dalam gua, aku melihat kaki orang-orang musyrik berada dekat dengan kepala kami. Aku pun berkata kepada Rasulullah: ‘Wahai Rasulullah, kalau di antara mereka ada yang melihat kakinya, mereka akan melihat kita di bawah kaki mereka’. Rasulullah berkata: ‘Wahai Abu Bakar, engkau tidak tahu bahwa bersama kita berdua yang ketiga adalah Allah’
Ketika hendak memasuki gua pun, Abu Bakar masuk terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada hal yang dapat membahayakan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Juga ketika dalam perjalanan hijrah, Abu Bakar terkadang berjalan di depan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, terkadang di belakangnya, terkadang di kanannya, terkadang di kirinya.
Oleh karena itu ketika masa pemerintahan Umar bin Khattab Radhiallahu’anhu ada sebagian orang yang menganggap Umar lebih utama dari Abu Bakar, maka Umar Radhiallahu’anhu pun berkata:
والله لليلة من أبي بكر خير من آل عمر ، وليوم من أبي بكر خير من آل عمر ، لقد خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم لينطلق إلى الغار ومعه أبو بكر ، فجعل يمشي ساعة بين يديه وساعة خلفه ، حتى فطن له رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : يا أبا بكر مالك تمشي ساعة بين يدي وساعة خلفي ؟ فقال : يا رسول الله أذكر الطلب فأمشي خلفك ، ثم أذكر الرصد فأمشي بين يديك . فقال :يا أبا بكر لو كان شيء أحببت أن يكون بك دوني ؟ قال : نعم والذي بعثك بالحق ما كانت لتكون من مُلمّة إلا أن تكون بي دونك ، فلما انتهيا إلى الغار قال أبو بكر : مكانك يا رسول الله حتى استبرئ الجحرة ، فدخل واستبرأ ، قم قال : انزل يا رسول الله ، فنزل . فقال عمر : والذي نفسي بيده لتلك الليلة خير من آل عمر
Demi Allah,  satu malamnya Abu Bakar lebih baik dari satu malamnya keluarga Umar, satu harinya Abu Bakar masih lebih baik dari seharinya keluarga Umar. Abu Bakar bersama Rasulullah pergi ke dalam gua. Ketika berjalan, dia terkadang berada di depan Rasulullah dan terkadang di belakangnya. Sampai-sampai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam heran dan berkata: ‘Wahai Abu Bakar mengapa engkau berjalan terkadang di depan dan terkadang di belakang?’. Abu Bakar berkata: ‘Ya Rasulullah, ketika saya sadar kita sedang dikejar, saya berjalan di belakang. Ketika saya sadar bahwa kita sedang mengintai, maka saya berjalan di depan’. Rasulullah lalu berkata: ‘Wahai Abu Bakar, kalau ada sesuatu yang aku suka engkau saja yang melakukannya tanpa aku?’ Abu Bakar berkata: ‘Demi Allah, tidak ada yang lebih tepat melainkan hal itu aku saja yang melakukan tanpa dirimu’. Ketika mereka berdua sampai di gua, Abu Bakar berkata: ‘Ya Rasulullah aku akan berada di tempatmu sampai memasuki gua. Kemudian mereka masuk, Abu Bakar berkata: Turunlah wahai Rasulullah. Kemudian mereka turun. Umar berkata: ‘Demi Allah, satu malamnya Abu Bakar lebih baik dari satu malamnya keluarga Umar’‘” (HR. Al Hakim, Al Baihaqi dalam Dalail An Nubuwwah)
3. Ketika kaum muslimin hendak berhijrah, Abu Bakar Ash Shiddiq menyumbangkan seluruh hartanya.  (Dalilnya disebutkan pada poin 8, pent.)
4. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah khalifah pertama
Dan kita diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk meneladani khulafa ar rasyidin, sebagaimana sabda beliau:
عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي عضوا عليها بالنواجذ
Hendaknya kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah khulafa ar rasyidin setelahku. Gigitlah dengan gigi geraham kalian” (HR. Ahmad, At Tirmidzi dan lainnya. Hadits ini shahih dengan seluruh jalannya)
5. Abu Bakar Ash Shiddiq dipilih sebagai khalifah berdasarkan nash
Ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sakit keras, beliau memerintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam shalat berjama’ah. Dalam Shahihain, dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha ia berkata:
لما مَرِضَ النبيّ صلى الله عليه وسلم مرَضَهُ الذي ماتَ فيه أَتاهُ بلالٌ يُؤْذِنهُ بالصلاةِ فقال : مُروا أَبا بكرٍ فلْيُصَلّ . قلتُ : إنّ أبا بكرٍ رجلٌ أَسِيفٌ [ وفي رواية : رجل رقيق ] إن يَقُمْ مَقامَكَ يبكي فلا يقدِرُ عَلَى القِراءَةِ . قال : مُروا أَبا بكرٍ فلْيُصلّ . فقلتُ مثلَهُ : فقال في الثالثةِ – أَوِ الرابعةِ – : إِنّكنّ صَواحبُ يوسفَ ! مُروا أَبا بكرٍ فلْيُصلّ ، فصلّى
Ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sakit menjelang wafat, Bilal datang meminta idzin untuk memulai shalat. Rasulullah bersabda: ‘Perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah’. ‘Aisyah berkata: ‘Abu Bakar itu orang yang terlalu lembut, kalau ia mengimami shalat, ia mudah menangis. Jika ia menggantikan posisimu, ia akan mudah menangis sehingga sulit menyelesaikan bacaan Qur’an. Nabi tetap berkata: ‘Perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah’. ‘Aisyah lalu berkata hal yang sama, Rasulullah pun mengatakan hal yang sama lagi, sampai ketiga atau keempat kalinya Rasulullah berkata: ‘Sesungguhnya kalian itu (wanita) seperti para wanita pada kisah Yusuf, perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah’
Oleh karena itu Umar bin Khattab Radhiallahu’anhu berkata:
أفلا نرضى لدنيانا من رضيه رسول الله صلى الله عليه وسلم لديننا
Apakah kalian tidak ridha kepada Abu Bakar dalam masalah dunia, padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah ridha kepadanya dalam masalah agama?
Juga diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha, ia berkata:
قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم في مرضه : ادعي لي أبا بكر وأخاك حتى اكتب كتابا ، فإني أخاف أن يتمنى متمنٍّ ويقول قائل : أنا أولى ، ويأبى الله والمؤمنون إلا أبا بكر وجاءت امرأة إلى النبي صلى الله عليه وسلم فكلمته في شيء فأمرها بأمر ، فقالت : أرأيت يا رسول الله إن لم أجدك ؟ قال : إن لم تجديني فأتي أبا بكر
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berkata kepadaku ketika beliau sakit, panggilah Abu Bakar dan saudaramu agar aku dapat menulis surat. Karena aku khawatir akan ada orang yang berkeinginan lain (dalam masalah khilafah) sehingga ia berkata: ‘Aku lebih berhak’. Padahal Allah dan kaum mu’minin menginginkan Abu Bakar (yang menjadi khalifah). Kemudian datang seorang perempuan kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mengatakan sesuatu, lalu Nabi memerintahkan sesuatu kepadanya. Apa pendapatmu wahai Rasulullah kalau aku tidak menemuimu? Nabi menjawab: ‘Kalau kau tidak menemuiku, Abu Bakar akan datang’” (HR. Bukhari-Muslim)
6. Umat Muhammad diperintahkan untuk meneladani Abu Bakar Ash Shiddiq
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
اقتدوا باللذين من بعدي أبي بكر وعمر
Ikutilah jalan orang-orang sepeninggalku yaitu Abu Bakar dan Umar” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Maajah, hadits ini shahih)
7. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah salah seorang mufti di masa Nabi Muhammad
Oleh karena itu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menugasi beliau sebagai Amirul Hajj pada haji sebelum haji Wada’. Diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu:
بعثني أبو بكر الصديق في الحجة التي أمره عليها رسول الله صلى الله عليه وسلم قبل حجة الوداع في رهط يؤذنون في الناس يوم النحر : لا يحج بعد العام مشرك ، ولا يطوف بالبيت عريان
Abu Bakar Ash Shiddiq mengutusku untuk dalam sebuah ibadah haji yang terjadi sebelum haji Wada’, dimana beliau ditugaskan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk menjadi Amirul Hajj. Ia mengutusku untuk mengumumkan kepada sekelompok orang di hari raya idul adha bahwa tidak boleh berhaji setelah tahunnya orang musyrik dan tidak boleh ber-thawaf di ka’bah dengan telanjang”
Abu Bakar juga sebagai pemegang bendera Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ketika perang Tabuk.
8. Abu Bakar Ash Shiddiq menginfaqkan seluruh hartanya ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menganjurkan sedekah
Umar bin Khattab Radhiallahu’anhu berkata:
أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نتصدق ، فوافق ذلك مالاً فقلت : اليوم أسبق أبا بكر إن سبقته يوما . قال : فجئت بنصف مالي ، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما أبقيت لأهلك ؟ قلت : مثله ، وأتى أبو بكر بكل ما عنده فقال : يا أبا بكر ما أبقيت لأهلك ؟ فقال : أبقيت لهم الله ورسوله ! قال عمر قلت : والله لا أسبقه إلى شيء أبدا
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan kami untuk bersedekah, maka kami pun melaksanakannya. Umar berkata: ‘Semoga hari ini aku bisa mengalahkan Abu Bakar’. Aku pun membawa setengah dari seluruh hartaku. Sampai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bertanya: ‘Wahai Umar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’. Kujawab: ‘Semisal dengan ini’. Lalu Abu Bakar datang membawa seluruh hartanya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu bertanya: ‘Wahai Abu Bakar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’. Abu Bakar menjawab: ‘Ku tinggalkan bagi mereka, Allah dan Rasul-Nya’. Umar berkata: ‘Demi Allah, aku tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar selamanya’” (HR. Tirmidzi)
9. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah orang yang paling dicintai Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam
‘Amr bin Al Ash Radhiallahu’anhu bertanya kepada Nabi Shallallahu’alahi Wasallam:
أي الناس أحب إليك ؟ قال : عائشة . قال : قلت : من الرجال ؟ قال : أبوها
Siapa orang yang kau cintai?. Rasulullah menjawab: ‘Aisyah’. Aku bertanya lagi: ‘Kalau laki-laki?’. Beliau menjawab: ‘Ayahnya Aisyah’ (yaitu Abu Bakar)” (HR. Muslim)
10. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah khalil bagi Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam
Imam Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiallahu’anhu, ia berkata:
خطب رسول الله صلى الله عليه وسلم الناس وقال : إن الله خير عبدا بين الدنيا وبين ما عنده فاختار ذلك العبد ما عند الله . قال : فبكى أبو بكر ، فعجبنا لبكائه أن يخبر رسول الله صلى الله عليه وسلم عن عبد خير ، فكان رسول الله صلى الله عليه وسلم هو المخير ، وكان أبو بكر أعلمنا . فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إن مِن أمَنّ الناس عليّ في صحبته وماله أبا بكر ، ولو كنت متخذاً خليلاً غير ربي لاتخذت أبا بكر ، ولكن أخوة الإسلام ومودته ، لا يبقين في المسجد باب إلا سُـدّ إلا باب أبي بكر
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berkhutbah kepada manusia, beliau berkata: ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala memilih hamba di antara dunia dan apa yang ada di dalamnya. Namun hamba tersebut hanya dapat memilih apa yang Allah tentukan’. Lalu Abu Bakar menangis. Kami pun heran dengan tangisan beliau itu, hanya karena Rasulullah mengabarkan tentang hamba pilihan. Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lah orangnya, dan Abu Bakar lebih paham dari kami. Lalu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Sesungguhnya orang yang sangat besar jasanya padaku dalam kedekatan dan kerelaan mengeluarkan harta, ialah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan mengangkat seorang kekasihku selain Rabbku pastilah aku akan memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan se-Islam dan kecintaan karenanya. Maka jangan ditinggalkan pintu kecil di masjid selain pintu Abu Bakar saja’
11. Allah Ta’ala mensucikan Abu Bakar Ash Shiddiq
Allah Ta’ala berfirman:
وَسَيُجَنَّبُهَا الأَتْقَى * الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى * وَمَا لأَحَدٍ عِندَهُ مِن نِّعْمَةٍ تُجْزَى * إِلا ابْتِغَاء وَجْهِ رَبِّهِ الأَعْلَى * وَلَسَوْفَ يَرْضَى
Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, Padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan” (QS. Al Lail: 17-21)
Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Bakar Ash Shiddiq. Selain itu beliau juga termasuk as sabiquunal awwalun, dan Allah Ta’ala berfirman:
وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.  Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah: 100)
12. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memberi tazkiyah kepada Abu Bakar
Ketika Abu Bakar bertanya kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
من جرّ ثوبه خيلاء لم ينظر الله إليه يوم القيامة . قال أبو بكر : إن أحد شقي ثوبي يسترخي إلا أن أتعاهد ذلك منه فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إنك لست تصنع ذلك خيلاء
Barangsiapa yang membiarkan kainnya terjulur karena sombong, tidak akan dilihat oleh Allah pada hari kiamat. Abu Bakar berkata: ‘Sesungguhnya salah satu sisi sarungku melorot kecuali jika aku ikat dengan baik. Rasulullah lalu berkata: ‘Engkau tidak melakukannya karena sombong”” (HR. Bukhari dalam Fadhail Abu Bakar Radhiallahu’anhu)
13. Abu Bakar Ash Shiddiq didoakan oleh Nabi untuk memasuki semua pintu surga
من أنفق زوجين من شيء من الأشياء في سبيل الله دُعي من أبواب الجنة : يا عبد الله هذا خير ؛ فمن كان من أهل الصلاة دعي من باب الصلاة ، ومن كان من أهل الجهاد دُعي من باب الجهاد ، ومن كان من أهل الصدقة دُعي من باب الصدقة ، ومن كان من أهل الصيام دُعي من باب الصيام وباب الريان . فقال أبو بكر : ما على هذا الذي يدعى من تلك الأبواب من ضرورة ، فهل يُدعى منها كلها أحد يا رسول الله ؟ قال : نعم ، وأرجو أن تكون منهم يا أبا بكر
Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah” (HR. Al Bukhari – Muslim)
14. Abu Bakar Ash Shiddiq melakukan banyak perbuatan agung dalam sehari
Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
: من أصبح منكم اليوم صائما ؟ قال أبو بكر رضي الله عنه : أنا . قال : فمن تبع منكم اليوم جنازة ؟ قال أبو بكر رضي الله عنه : أنا . قال : فمن أطعم منكم اليوم مسكينا ؟ قال أبو بكر رضي الله عنه : أنا . قال : فمن عاد منكم اليوم مريضا ؟ قال أبو بكر رضي الله عنه : أنا . فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما اجتمعن في امرىء إلا دخل الجنة
“Siapa yang hari ini berpuasa? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”
“Siapa yang hari ini ikut mengantar jenazah? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”
“Siapa yang hari ini memberi makan orang miskin? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”
“Siapa yang hari ini menjenguk orang sakit? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu bersabda: ‘Tidaklah semua ini dilakukan oleh seseorang kecuali dia akan masuk surga’
15. Orang musyrik mensifati Abu Bakar Ash Shiddiq sebagaimana Khadijah mensifati Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
Mereka berkata tentang Abu Bakar:
أَتُخْرِجُونَ رَجُلًا يُكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَيَصِلُ الرَّحِمَ وَيَحْمِلُ الْكَلَّ وَيَقْرِي الضَّيْفَ وَيُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ
“Apakah kalian mengusir orang yang suka bekerja untuk mereka yang tidak berpunya, menyambung silaturahim, menanggung orang-orang yang lemah, menjamu tamu dan selalu menolong di jalan kebenaran?” (HR. Bukhari)
16. Ali Radhiallahu’anhu mengenal keutamaan Abu Bakar Ash Shiddiq
Muhammad bin Al Hanafiyyah berkata, aku bertanya kepada ayahku, yaitu Ali bin Abi Thalib:
أي الناس خير بعد رسول الله صلى الله عليه وسلم ؟ قال : أبو بكر . قلت : ثم من ؟ قال : ثم عمر ، وخشيت أن يقول عثمان قلت : ثم أنت ؟ قال : ما أنا إلا رجل من المسلمين
Manusia mana yang terbaik sepeninggal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam? Ali menjawab: Abu Bakar. Aku berkata: ‘Kemudian siapa lagi?’. Ali berkata: ‘Lalu Umar’. Aku lalu khawatir yang selanjutnya adalah Utsman, maka aku berkata: ‘Selanjutnya engkau?’. Ali berkata: ‘Aku ini hanyalah orang muslim biasa’” (HR. Bukhari)
Sikap Zuhud
Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu’anhu meninggal tanpa meninggalkan sepeserpun dirham atau dinar. Diriwayatkan dari Al Hasan bin Ali Radhiallahu’anhu:
لما احتضر أبو بكر رضي الله عنه قال : يا عائشة أنظري اللقحة التي كنا نشرب من لبنها والجفنة التي كنا نصطبح فيها والقطيفة التي كنا نلبسها فإنا كنا ننتفع بذلك حين كنا في أمر المسلمين ، فإذا مت فاردديه إلى عمر ، فلما مات أبو بكر رضي الله عنه أرسلت به إلى عمر رضي الله عنه فقال عمر رضي الله عنه : رضي الله عنك يا أبا بكر لقد أتعبت من جاء بعدك
Ketika Al Hasan sedang bersama Abu Bakar Radhiallahu’anhu, Abu Bakar berkata, wahai ‘Aisyah tolong perhatikan unta perahan yang biasa kita ambil susunya, dan mangkuk besar yang sering kita pakai untuk tempat penerangan, dan kain beludru yang biasa kita pakai. Sesungguhnya kita mengambil manfaat dari itu semua saat aku mengurusi urusan kaum muslimin. Jika aku mati, kembalikanlah semuanya kepada Umar. Maka ketika Abu Bakar wafat, ‘Aisyah mengirim semua itu kepada Umar Radhiallahu’anhu. Umar pun berkata: ‘Semoga Allah meridhaimu wahai Abu Bakar, sungguh lelah orang yang datang setelahmu’
Sikap Wara’
Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu’anhu adalah orang yang wara’ dan zuhud terhadap dunia sampai-sampai ketika ia menjadi khalifah, ia pun tetap pergi bekerja mencari nafkah. Umar bin Khattab pun Radhiallahu’anhu melarangnya dan menganjurkan ia untuk mengambil upah dari baitul maal, menimbang betapa beratnya tugas seorang khalifah.
Dikisahkan pula dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha, ia berkata:
كان لأبي بكر غلام يخرج له الخراج ، وكان أبو بكر يأكل من خراجه ، فجاء يوماً بشيء ، فأكل منه أبو بكر ، فقال له الغلام : تدري ما هذا ؟ فقال أبو بكر : وما هو ؟ قال : كنت تكهّنت لإنسان في الجاهلية وما أحسن الكهانة إلا أني خدعته ، فلقيني فأعطاني بذلك فهذا الذي أكلت منه ، فأدخل أبو بكر يده فقاء كل شيء في بطنه . رواه البخاري
Abu Bakar Ash Shiddiq memiliki budak laki-laki yang senantiasa mengeluarkan kharraj (setoran untuk majikan) padanya. Abu Bakar biasa makan dari kharraj itu. Pada suatu hari ia datang dengan sesuatu, yang akhirnya Abu Bakar makan darinya. Tiba-tiba sang budak berkata: ‘Apakah anda tahu dari mana makanan ini?’. Abu Bakar bertanya : ‘Dari mana?’ Ia menjawab : ‘Dulu pada masa jahiliyah aku pernah menjadi dukun yang menyembuhkan orang. Padahal bukannya aku pandai berdukun, namun aku hanya menipunya. Lalu si pasien itu menemuiku dan memberi imbalan buatku. Nah, yang anda makan saat ini adalah hasil dari upah itu. Akhirnya Abu Bakar memasukkan tangannya ke dalam mulutnya hingga keluarlah semua yang ia makan” (HR. Bukhari)
Wafat beliau
Beliau wafat pada hari Senin di bulan Jumadil Awwal tahun 30 H ketika beliau berusia 63 tahun.
Semoga Allah meridhainya dan mengumpulkan kita bersamanya di surga kelak.

[Diterjemahkan dari http://www.saaid.net/Doat/assuhaim/126.htm dengan beberapa peringkasan, takhrij dan tash-hih hadits dari penulis]
Penerjemah: Yulian Purnama
Artikel Muslim.Or.Id

Dari artikel 'Biografi Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu’anhu — Muslim.Or.Id'